Dasar Pemikiran
Komunikasi ada di mana-mana, di rumah, dikampus, di Mesjid, di Kantor dan
sebagainya. Komunikasi menyentuh segala aspek kehidupan kita. Sebuah penelitian
(Applboum, 1974 : 63) menyebutkan bahwa tiga perempat (70%) waktu bangun kita
digunakan untuk berkomunikasi – membaca, menulis dan mendengar an (We spend an
estimated three-fourths of our waking hours in some form of
communications-reading, writing, speaking
yang erat sekali dengan kepemimpinan, bahkan dapat dikatakan bahwa tiada
kepemimpinan tanpa komunikasi. Apalagi syarat seorang pemimpin selain ia harus
berilmu, berwawasan kedepan, ikhlas, tekun, berani, jujur, sehat jasmani dan
rohani, ia juga harus memiliki kemampuan berkomunikasi, sehingga Rogers (1969:180)
mengatakan “Leadership is Communication. Kemampuan berkomunikasi akan
menentukan berhasil tidaknya seorang pemimpin dalam melaksanakan tugasnya.
Setiap pemimpin (leader) memiliki pengikut (flower) guna meralisir gagasannya
dalam rangka mencapai tujuan tertentu. Disinilah pentingnya kemampuan
berkomunikasi bagi seorang pemimpin, khususnya dalam usaha untuk mempengaruhi
prilaku orang lain. Inilah hakekatnya dari suatu manajemen dalam organisasi.
Manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasisan, pengarahan dan
pengawasan dengan memberdayakan anggota organisasi dan penggunaan sumber daya
organisasi lainnya agar mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan
(Handoko, 2003: 8). Menajemen sering juga didefinisikan sebagai seni untuk
melaksanakan suatu pekerjaan melalui orang lain. Para manejer mencapai tujuan
organisasi dengan cara mengatur orang lain untuk melaksanakan tugas apa saja
yang mungkin diperlukan untuk mencapai tujuan tersebut (Stoner, 1996 : 7)
A.
Definisi Komunikasi
Komunikasi secara
sederhana dapat dimaknai sebagai proses penyampaian informasi atau pesan oleh
seorang komunikator kepada komunikan melalui sarana tertentu dengan tujuan dan
dampak tertentu pula.Kamus Besar Bahasa Indonesia (1995) mengartikan
komunikasi sebagai ”pengiriman dan pemerimaan pesan atau berita antara dua
orang atau lebih sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami”. Dalam pengertian
“praktis”, komunikasi adalah ngobrol, nelpon, diskusi, dialog, kirim surat,
kirim SMS, dan sebagainya yang berintikan menyampaikan pesan, informasi, atau
ajakan. Secara etimologis (asal-usul kata), komunikasi berakar kata Latin, ”comunicare”, artinya “to make common” – membuat
kesamaan pengertian, kesamaan persepsi. Akar kata Latin lainnya “communis”
atau “communicatus” atau “common” dalam bahasa Inggris yang
berarti “sama”, kesamaan makna (commonness). Ada juga akar kata Latin ”communico”
yang artinya membagi. Maksudnya membagi gagasan, ide, atau pikiran. Sebagai
konsep, William R. Rivers
dkk. (2003) membedakan antara communication (tunggal, tanpa
“s”) dan communications (jamak, dengan “s”).
Communication adalah
proses berkomunikasi. Sedangkancommunications adalah perangkat
teknis yang digunakan dalam proses komunikasi, e.g. genderang, asap, butir
batu, telegram, telepon, materi cetak, siaran, dan film.
Penjelasan lain
dikemukakan Edward Sapir.
Menurutnya, communication adalah proses primer,
terdiri dari bahasa, gestur/nonverbal, peniruan perilaku, dan pola perilaku
sosial. Sedangkan communicationsadalah
teknik-teknik sekunder, instrumen, dan sistem yang mendukung proses komunikasi,
seperti kode morse, telegram, terompet, kertas, pulpen, alat cetak, film, serta
pemancar siara radio/TV. Secara terminologis (istilah), kita
menemukan banyak definisi komunikasi. The
Oxford English Dictionary, misalnya,
mengartikan komunikasi sebagai “The imparting, conveying, or exchange of
ideas, knowledge, information, etc. “ (Pemberian, penyampaian, atau pertukaran
ide, pengetahuan, informasi, dsb.) Para pakar juga berbed-beda redaksional
dalam mendefinisikan komunikasi, seperti “pengalihan informasi untuk memperoleh
tanggapan” (JL. Aranguren), “koordinasi makna antara seseorang dengan khalayak”
(Melvin L DeFleur), dan “saling berbagi informasi, gagasan, atau sikap” (Wilbur
Schramm). Pengertian komunikasi paling populer datang dari Harold Lasswell,
yakni “Who says what in whichchannel to whom and with what effects”, siapa
mengatakan apa melalui saluran mana kepada siapa dan dengan pengaruh apa.
Definisi Lasswell dianggap paling lengkap karena sekaligus menggambarkan proses
dan elemen komunikasi, yakni komunikator (who), pesan (what), media atau
sarana (channel), komunikan (whom), dan pengaruh atau akibat (effect).
B.
Proses
Komunikasi
Proses komunikasi adalah bagaimana komunikator
menyampaikan pesan kepada
komunikannya, sehingga dapat menciptakan suatu persamaan makna antara komunikan
dengan komunikatornya. Proses komunikasi ini bertujuan untuk menciptakan komunikasi yang
efektif (sesuai dengan tujuan komunikasi pada umumnya). Proses komunikasi, banyak melalui perkembangan.
Proses komunikasi dapat terjadi apabila ada interaksi antar manusia dan ada penyampaian pesan untuk mewujudkan
motif komunikasi.
Hal yang diinterpretasikan adalah
motif komunikasi,
terjadi dalam diri komunikator. Artinya,proses komunikasi tahap pertama bermula sejak motif komunikasi muncul hingga akal budikomunikator berhasil menginterpretasikan apa yang ia pikir dan rasakan
ke dalam pesan (masih abstrak). Proses penerjemahan motif komunikasi ke dalam pesan disebut interpreting.
2.
Penyandian
Tahap ini masih ada dalam komunikator dari pesan yang bersifat abstrak berhasil diwujudkan oleh akal
budi manusia ke dalam lambang komunikasi.
Tahap ini disebut encoding, akal budi manusiaberfungsi sebagai encorder, alat penyandi: merubah pesan abstrak menjadi konkret.
3.
Pengiriman
Proses ini terjadi ketika komunikator melakukan tindakan komunikasi,
mengirim lambangkomunikasi dengan peralatan jasmaniah yang disebut transmitter, alat pengirim pesan
4.
Perjalanan
Tahapan ini terjadi antara komunikator dan komunikan, sejak pesan dikirim hingga pesanditerima oleh komunikan.
5.
Penerimaan
Tahap ini terjadi pada diri komunikan sejak lambang komunikasi diterima melalui peralatan yang berfungsi sebagai receiver hingga akal budinya berhasil menguraikannya (decoding).
Perspektif ini
merupakan tahapan komunikator pada proses encoding, kemudian hasil encodingditransmisikan
kepada komunikan sehingga terjadi komunikasi interpersonal.
2.
Perspektif Mekanis
Perspektif ini
merupakan tahapan disaat komunikator mentransfer pesan dengan bahasaverbal/non verbal.
C.
Hambatan Komunikasi
Di
dalam komunikasi selalu ada hambatan yang dapat mengganggu kelancaran jalannya
proses komunikasi. Sehingga informasi dan gagasan yang disampaikan tidak dapat diterima dan
dimengerti dengan jelas oleh penerima pesan atau receiver.
Menurut Ron Ludlow & Fergus Panton, ada hambatan-hambatan yang menyebabkankomunikasi tidak efektif yaitu adalah (1992,p.10-11) :
1. Status effect
Adanya perbedaaan pengaruh status sosial yang dimiliki setiap manusia.Misalnya karyawan dengan status sosial yang lebih rendah harus tunduk dan patuh apapun perintah yang diberikan atasan. Maka karyawan tersebut tidak dapat atau takut mengemukakan aspirasinya atau pendapatnya.
2. Semantic Problems
Faktor semantik menyangkut bahasa yang dipergunakan komunikator sebagai alat untuk menyalurkan pikiran dan perasaanya kepada komunikan. Demi kelancaran komunikasi seorang komunikator harus benar-benar memperhatikan gangguan sematis ini, sebab kesalahan pengucapan atau kesalahan dalam penulisan dapat menimbulkan salah pengertian (misunderstanding) atau penafsiran (misinterpretation) yang pada gilirannya bisa menimbulkan salah komunikasi (miscommunication). Misalnya kesalahan pengucapan bahasa dan salah penafsiran seperti contoh : pengucapan demonstrasi menjadi demokrasi, kedelai menjadi keledai dan lain-lain.
3. Perceptual distorsion
Perceptual distorsion dapat disebabkan karena perbedaan cara pandangan yang sempit pada diri sendiri dan perbedaaan cara berpikir serta cara mengerti yang sempit terhadap orang lain. Sehingga dalam komunikasi terjadi perbedaan persepsi dan wawasan atau cara pandang antara satu dengan yang lainnya.
4. Cultural Differences
Hambatan yang terjadi karena disebabkan adanya perbedaan kebudayaan, agama dan lingkungan sosial. Dalam suatu organisasi terdapat beberapa suku, ras, dan bahasa yang berbeda. Sehingga ada beberapa kata-kata yang memiliki arti berbeda di tiap suku. Seperti contoh : kata “jangan” dalam bahasa Indonesia artinya tidak boleh, tetapi orang suku jawa mengartikan kata tersebut suatu jenis makanan berupa sup.
5. Physical Distractions
Hambatan ini disebabkan oleh gangguan lingkungan fisik terhadap proses berlangsungnya komunikasi. Contohnya : suara riuh orang-orang atau kebisingan, suara hujan atau petir, dan cahaya yang kurang jelas.
6. Poor choice of communication channels
Adalah gangguan yang disebabkan pada media yang dipergunakan dalam melancarkan komunikasi. Contoh dalam kehidupan sehari-hari misalnya sambungan telephone yang terputus-putus, suara radio yang hilang dan muncul, gambar yang kabur pada pesawat televisi, huruf ketikan yang buram pada surat sehingga informasi tidak dapat ditangkap dan dimengerti dengan jelas.
7. No Feed back
Hambatan tersebut adalah seorang sender mengirimkan pesan kepada receiver tetapi tidak adanya respon dan tanggapan dari receiver maka yang terjadi adalah komunikasi satu arah yang sia-sia. Seperti contoh : Seorang manajer menerangkan suatu gagasan yang ditujukan kepada para karyawan, dalam penerapan gagasan tersebut para karyawan tidak memberikan tanggapan atau respon dengan kata lain tidak peduli dengan gagasan seorang manajer.
Menurut Ron Ludlow & Fergus Panton, ada hambatan-hambatan yang menyebabkankomunikasi tidak efektif yaitu adalah (1992,p.10-11) :
1. Status effect
Adanya perbedaaan pengaruh status sosial yang dimiliki setiap manusia.Misalnya karyawan dengan status sosial yang lebih rendah harus tunduk dan patuh apapun perintah yang diberikan atasan. Maka karyawan tersebut tidak dapat atau takut mengemukakan aspirasinya atau pendapatnya.
2. Semantic Problems
Faktor semantik menyangkut bahasa yang dipergunakan komunikator sebagai alat untuk menyalurkan pikiran dan perasaanya kepada komunikan. Demi kelancaran komunikasi seorang komunikator harus benar-benar memperhatikan gangguan sematis ini, sebab kesalahan pengucapan atau kesalahan dalam penulisan dapat menimbulkan salah pengertian (misunderstanding) atau penafsiran (misinterpretation) yang pada gilirannya bisa menimbulkan salah komunikasi (miscommunication). Misalnya kesalahan pengucapan bahasa dan salah penafsiran seperti contoh : pengucapan demonstrasi menjadi demokrasi, kedelai menjadi keledai dan lain-lain.
3. Perceptual distorsion
Perceptual distorsion dapat disebabkan karena perbedaan cara pandangan yang sempit pada diri sendiri dan perbedaaan cara berpikir serta cara mengerti yang sempit terhadap orang lain. Sehingga dalam komunikasi terjadi perbedaan persepsi dan wawasan atau cara pandang antara satu dengan yang lainnya.
4. Cultural Differences
Hambatan yang terjadi karena disebabkan adanya perbedaan kebudayaan, agama dan lingkungan sosial. Dalam suatu organisasi terdapat beberapa suku, ras, dan bahasa yang berbeda. Sehingga ada beberapa kata-kata yang memiliki arti berbeda di tiap suku. Seperti contoh : kata “jangan” dalam bahasa Indonesia artinya tidak boleh, tetapi orang suku jawa mengartikan kata tersebut suatu jenis makanan berupa sup.
5. Physical Distractions
Hambatan ini disebabkan oleh gangguan lingkungan fisik terhadap proses berlangsungnya komunikasi. Contohnya : suara riuh orang-orang atau kebisingan, suara hujan atau petir, dan cahaya yang kurang jelas.
6. Poor choice of communication channels
Adalah gangguan yang disebabkan pada media yang dipergunakan dalam melancarkan komunikasi. Contoh dalam kehidupan sehari-hari misalnya sambungan telephone yang terputus-putus, suara radio yang hilang dan muncul, gambar yang kabur pada pesawat televisi, huruf ketikan yang buram pada surat sehingga informasi tidak dapat ditangkap dan dimengerti dengan jelas.
7. No Feed back
Hambatan tersebut adalah seorang sender mengirimkan pesan kepada receiver tetapi tidak adanya respon dan tanggapan dari receiver maka yang terjadi adalah komunikasi satu arah yang sia-sia. Seperti contoh : Seorang manajer menerangkan suatu gagasan yang ditujukan kepada para karyawan, dalam penerapan gagasan tersebut para karyawan tidak memberikan tanggapan atau respon dengan kata lain tidak peduli dengan gagasan seorang manajer.
D.
Definisi Komunikasi Interpersonal Efektif
Komunikasi interpersonal merupakan komunikasi
yang mempunyai efek besar dalam hal mempengaruhi orang lain terutama
perindividu. Hal ini disebabkan, biasanya pihak-pihak yang terlibat dalam komunikasi
bertemu secara langsung, tidak menggunakan media dalam penyampaian pesannya
sehingga tidak ada jarak yang memisahkan antara komunikator dengan
komunikan (face to face). Oleh karena saling berhadapan muka, maka
masing-masing pihak dapat langsung mengetahui respon yang diberikan, serta
mengurangi tingkat ketidak jujuran ketika sedang terjadi komunikasi. Sedangkan
apabila komunikasi interpersonal itu terjadi secara sekunder, sehingga antara
komunikator dan komunikan terhubung media, efek komunikasi sangat dipengaruhi
oleh karakteristik interpersonalnya. Misalnya dua orang saling berkomunikasi
melalui media telepon selulur, maka efek komunikasi tidak semata-mata
dipengaruhi oleh kualitas pesan dan kecanggihan media, namun yang lebih penting
adalah adanya ikatan interpersonal yang bersifat emosional. Meskipun
komunikasi interpersonal ini merupakan aktivitas yang rutin kita laksanakan
dalam kehidupan sehari-hari, namun kenyataan menunjukkan bahwa proses kounikasi
interpersonal tidak selamanya mudah. Pada saat tertentu, kita menyadari bahwa
perbedaan latar belakang sosial budaya antar individu telah menjadi
faktor potensial menghambat keberhasilan komunikasi. Di saat Anda berbicara
dengan orang lain, kadang-kadang diikuti oleh pertanyaan: “mengapa berbicara
dengan orang lain ini rasanya susah?”, mengapa orang ini tidak merespon gagasan
saya?”. Keberhasilan komunikasi ditentukan oleh faktor-faktor yang
diklasifikasi ke dalam beberapa kategori. Dengan demikian kami akan menyusun
makalah berjudul “Efektivitas Komunikasi Interpersonal”
E.
Komunikasi Interpersonal efektif dalam
organisasi
Komunikasi dalam organisasi atau perusahaan dapat
menentukan efektif atau tidaknya penyampaian pesan atau perintah antar anggota
organisasi, baik antara atasan dengan bawahan (downward communication), bawahan
dengan atasan (upward communication), maupun antar anggota yang jabatannya
setaraf (lateral communication). Secara sederhana, komunikasi adalah proses
penyampaian atau transfer dan pemahaman suatu pengertian (meaning). Jadi dalam
berkomunikasi, kita menyampaikan pesan yang ada pada kita kepada orang lain.
Proses berkomunikasi dimulai dari adanya pesan yang akan disampaikan oleh
pengirim, kemudian ditransfer melalui suatu channel (saluran), kemudian
diterima oleh penerima. Komunikasi secara interpersonal dapat dilakukan secara
oral (komunikasi secara langsung), secara tertulis (misalnya melalui email,
surat, memo, dan sebagainya),serta secara nonverbal (misalnya tersenyum,
ekspresi marah, dan sebagainya). Komunikasi dalam Organisasi Terdapat dua
bentuk, yaitu: Pertama, formal Small-Group Network, yaitu jaringan komunikasi
secara formal di dalam kelompok kecil di dalam organisasi. Secara umum, bentuk
komunikasi ini terdiri dari tiga bentuk, yaitu bentuk chain (rantai), wheel, dan
all chain (perpaduan dari chain dan wheel).
Berikut ini
beberapa hambatan dalam
berkomunikasi secara efektif.
1.
Filtering, yaitu pengirim pesan memanipulasi informasi sehingga informasi
tersebut seakan-akan terlihat menguntungkan.
2.
Selective perception, yaitu penerima pesan dalam proses komunikasi secara
selektif melihat dan mendengar pesan tersebut berdasarkan kebutuhan, motivasi,
pengalaman, dan berbagai karakteristik pribadinya.
3.
Information overload, yaitu informasi yang kita terima melebihi kapasitas
kita dalam memproses/mengolah informasi tersebut.
4.
Emotions, yaitu interpretasi yang berbeda terhadap informasi saat kita
sedang sedih dengan saat kita merasa senang.
5.
Language atau bahasa, yaitu ketidakpahaman terhadap bahasa atau
istilah-istilah tertentu antara satu orang dengan yang lain.
6.
Silence, yaitu tidak adanya komunikasi
7.
Communcation apprehention, yaitu ketakutan/kecemasan seseorang untuk
berkomunikasi
8.
Lying, atau berbohong.
Componencial
Menjelaskan komunikasi antar pribadi dengan
mengamati komponen-komponen utamanya, dalam hal ini adalah penyampaian pesan
oleh satu orang dan penerimaan pesan oleh orang lain dengan berbagai dampaknya
dan dengan peluang untuk memberikan umpan balik dengan segera.
Situational
Interaksi tatap muka antara dua orang
dengan potensi umpan balik langsung dengan situasi yang mendukung disekitarnya.
Sumber:
Christina, dkk., 2003. Komunikasi Kebidanan. Jakarta: EGC.
Tyastuti, dkk., 2008. Komunikasi dan Konseling Dalam Praktik Kebidanan. Yogyakarta: Fitramaya.
Vardiyansah, 2004. Pengantar Ilmu Komunikasi. Bogor: Ghalia Indonesia.
Wiryanto, DR., 2006. Pengantar Ilmu Komunikasi. Cetakan Ketiga. Jakarta: PT Grasindo.
Tyastuti, dkk., 2008. Komunikasi dan Konseling Dalam Praktik Kebidanan. Yogyakarta: Fitramaya.
Vardiyansah, 2004. Pengantar Ilmu Komunikasi. Bogor: Ghalia Indonesia.
Wiryanto, DR., 2006. Pengantar Ilmu Komunikasi. Cetakan Ketiga. Jakarta: PT Grasindo.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar