Minggu, 30 Juni 2013

Kesimpulan Tugas Kesehatan Mental




Tugas 1
Kesehatan Mental (tulisan 1)

Kesalahan mental dapat memberikan dampak terhadap kehidupan sehari-hari atau masa depan seseorang termasuk anak-anak dan remaja. Merawat dan melindungi keshatan mental anak-anak merupakan aspek yang sangat penting yang dapat membantu perkembangan anak yang lebih baik di masa depan.
Gangguann mental atau penyakit mental adalah pola psikologis atau perilaku yang pada umumnya terkait dengan stress atau kelainan mental yang tidak dianggap sebagai bagian dari perkembangan normal manusia. Gangguan tersebut didefinisikan sebagai kombinasi afektif, perilaku, komponen kognitif atau persepsi, yang berhubungan dengan fungsi tertentu pada daerah otak atau sistem saraf yang menjalankan fungsi sosial manusia. Penemuan dan pengetahuan tentang kondisi kesehatan mental telah berubah sepanjang perubahan waktu dan perubahan budaya, dan saat ini masih terdapat perbdaan tentang definisi, penilaan dan klasifikasi, meskipun kriteria pedoman standar telah digunakan secara luas. Lebih dari sepertiga orang di sebagian besar negara-negara melaporkan masalah pada satu waktu pada hidup mereka yang memenuhi kriteria salah satu atau beberapa tipe umum dari kelainan mental.
Penyebab gangguan mental bervariasi dan pada beberapa kasus tidak jelas, dan teori terkadang menemukan penemuan yang rancu pada suatu ruang lingkup lapangan. Layanan untk penyakit ini terpusat di Rumah Sakit Jiwa atau di masyarakat sosial, dan penilaian diberikan oleh psikiater, psikolog klinik, dan terkadang psikolog pekerja sukarela, menggunakan beberapa variasi metode tetapi sering bergantung pada observasi dan tanya jawab. Perawatan klinik disediakan oleh banyak profesi kesehatan mental. Psikoterapi dan pengobatan psikiatrik merupakan dua opsi pengobatan umum, seperti juga intervensi sosial, dukungan lingkungan, dan pertolongan diri.

Sejarah kesehatan mental
Dilihat dari namanya yaitu kesehatan mental kita sudah bisa menduga bahwa ini berhubungan dengan kebahagiaan atau kesejahteraan jiwa kita. Sebelum kita mempelajari sejarah dari kesehatan mental ini, mari kita kenal dulu apa yang disebut dengan kesehatan mental itu.

Kesehatan mental adalah ilmu yang mempelajari masalah kesehatan mental/jiwa, yang bertujuan mencegah timbulnya gangguan/penyakit mental dan gangguan emosi, dan berusaha mengurangi atau menyembuhkan penyakit mental, serta memajukan kesehatan jiwa rakyat (Kartini Kartono dan Jenny Andary . Yusak ,1999: 9-10).
Pada tahun 1950, organisasi mental hygiene terus bertambah, yaitu dengan berdirinya NationalAssociation for Mental Health. Gerakan mental hygiene ini terus berkembang sehingga pada tahun 1975 di Amerika terdapat lebih dari seribu perkumpulan kesehatan mental. Di belahan dunia lainnya, gerakan ini dikembangkan melalui The World Federation for Mental Health dan The World Health Organization.

Philippe Pinel di Perancis dan William Tuke dari Inggris adalah salah satu contoh orang yang berjasa dalam mengatasi dan menanggulangi orang-orang yang terkena penyakit mental.Masa-masa Pinel dan Tuke ini selanjutnya dikenal dengan masa pra ilmiah karena hanya usaha dan praksis yang mereka lakukan tanpa adanya teori-teori yang dikemukakan.
Masa selanjutnya adalah masa ilmiah, dimana tidak hanya praksis yang dilakukan tetapi berbagai teori mengenai kesehatan mental dikemukakan.Masa ini berkembang seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan alam di Eropa.

Dorothea Dix merupakan seorang pionir wanita dalam usaha-usaha kemanusiaan berasal dari Amerika.Ia berusaha menyembuhkan dan memelihara para penderita penyakit mental dan orang-orang gila. Sangat banyak jasanya dalam memperluas dan memperbaiki kondisi dari 32 rumah sakit jiwa di seluruh negara Amerika bahkan sampai ke Eropa.Atas jasa-jasa besarnya inilah Dix dapat disebut sebagai tokoh besar pada abad ke-19.
Tokoh lain yang banyak pula memberikan jasanya pada ranah kesehatan mental adalah Clifford

Sumber :
-          Jurnal Konsep Sehat
-          Jurnal “psychoanalysis-History”
-          Jurnal Kesehatan Mental

Tugas 1
Teori Kepribadian Sehat (tulisan 2)
a.       Aliran Psikoanalisa
Dr. Abraham M. Low. M.D. seorang guru besar psikiatri pada Fakultas Kedokteran Universitas Illinois. Low mendirikan Recovery, Inc, sebuah organisasi bagi orang – orang yang memiliki masalah – masalah mental, di Chicago pada 1937. Recovery, Inc. mirip dengan Alcoholics Anonymous, merupakan suatu program “self-help” bagi orang-orang yang memiliki masalah-masalah emosional, kebanyakan dari antara para klien tersebut merupakan bekas penghuni rumah sakit-rumah sakit mental. Mental Health Through Will –Training (1950) menguraikan secara rinci metode terapi Dr. Low. Saat itu, ia melaporkan bahwa klinik Menninger  mampu menyembuhkan 40 % dari kasus-kasus psikotik yang masuk. Menurut kesimpulan Low, psikoanalisis telah gagal. ( hasil penyelidikan lebih mutakhir yang dilakukan oleh Eysenck menunjukkan angka keberhasilan yang lebih tinggi bagi psikoanalisis, namun angka kesembuhan spontannya juga lebih tinggi ).

b.      Aliran Behavioristik
O. Hobart Mowrer, Ph. D. adalah seorang psikolog terkemuka lain yang menentang teori-teori tentang perilaku yang menggambarkan manusia sebagai korban tak berdaya dari pembawaan atau lingkungannya. Pada awal tahun tiga puluhan ia merupakan salah seorang anggota dari suatu kelompok yang melakukan penelitian di Institut Hubungan Manusia, Universitas Yale, bersama Clark Hull, salah seorang penganjur terkemuka teori behavioristik.
Ia telah mengembangkan suatu metode baru yang efektif, dikenal dengan sebutan Terapi Integritas, untuk menyembuhkan masalah-masalah emosional, yang populer khususnya dikalangan dikalangan para pskolog dan psikiater yang meiliki keyakinan iman. Mowrer menemukan bahwa masalah-masalah mental bukannya bersumber dari usaha individu untuk hidup mengikuti kode-kode moral yang terlampau tinggi, melainkan masalah-masalah itu muncul karena orang tidak menjalani hidup sesuai dengan keyakinan-keyakinan moralnya sendiri.

c.       Aliran Humanistik
James F.T Bugental merupakan presiden pertama perhimpunan Humanistik dan banyak sekali menulis tentang gerakan Humanistik. Ia mengingatkan para pembacanya agar jangan mengacaukan gerakan Humanistik dengan Humanisme dalam arti tradisional. Dalam arti tradisional, humanisme dipakai untuk melukiskan ateisme atau agnotisisme, lawan dari teisme, yaitu paham yang mengakui adanya pencipta atau daya cipta yang berasal dari alam semesta ini sendiri.

Pandangan humanistic sebaimana dirumuskan oleh Dr. Bugental mencakup istilah-istilah seperti “ manusia adalah sadar “, “ manusia punya pilihan “, “ manusia bertanggung jawab “, “ potensi manusia lebih besar dari yang telah diatualisasikanya. “ ia memandngkan pandangan ini dengan pandangan-pandangan lainnya

Sumber :

Low, Abraham, Mental Health Through Will Training, The Christopher House, Boston, 1950, 1962.
Mowrer, O. Hobart, The Crisis in Psychiatry & Religion, Van Nostrand, New York, 1961.
            Supratinya, Drs. A, 2002. Mahzab Ketiga. Kanisius: Yogyakarta.

Tugas 1
Penyesuaian diri kesehatan mental (tulisan 3)
Penyesuaian diri merupakan proses yang berlangsung sepanjang hayat. Dengan demikian penyesuaian diri yang efektif dapat diukur dari seberapa baik individu dalam menghadapi dan mengatasi kondisi yang senantiasa berubah.

Menurut kartono (2000), penyesuaian diri adalah usaha manusia untuk mencapai harmoni pada diri sendiri dan lingkungannya, sehingga rasa permusuhan, kemarahan, depresi dan emosi negative lain sebagai respon pribadi yang tidak sesuai dan kurang efisien bisa dikikis. Penyesuaian diri juga dapat diartikan sebagai penguasaan yaitu, memiliki kemampuan untuk membuat rencana dan mengorganisir respon-respon sedemikian rupa sehingga dapat menanggapi segala macam konflik, kesulitan masalah hidup dan frustasi-frustasi dengan cara efisien.
Haber dan Runyon (1984), mengusulkan beberapa karakteristik penyesuaian diri yang efektif:
  1. Persepsi yang tepat terhadap realita: mampu mengenali konsekuensi dari tindakan dan mengarahkan perilaku yang sesuai, mampu menyusun dan memodifikasi tujuan yang realistic dan berusahan untuk mencapai tujuan tersebut. 
  2. Mampu menghadapi dan mengatasi stress dan kecemasan. 
  3. Memiliki gambaran diri (self image) yang positif: menyadari kekuatan dan kelemahan yang dimiliki, mengharagai kekuatan yang dimiliki dan menerima kelemahan dengan cara yang positif. 
  4. Mampu mengekspresikan perasaan secara terkendali. Orang yang sehat secara emosional mampu merasakan dan mengekspresikan nuansa emosi dan perasaan sehingga memungkinkan untuk membangun dan memilihara hubungan interpersonal yang penuh makna. 
  5. Memiliki hubungan interpersonal yang baik: mampu membina keakraban dalam hubungan sosialnya, nyaman berinteraksi dengan lingkungan menghargai dan dihargai orang lain.
Pertumbuhan Personal
Konflik dan frustrasi yang bersumber dari faktor internal dan eksternal menjadi sumber stress (Coleman, 1950). Shoben (dalam Korchin, 1976) menyebutkan istilah penyesuaian integrative (integrative adjustment), yang ditanda oleh pengendalian diri, tanggungjawab pribadi dan sosial, minat sosial yang demokratik, dan ide-ide ideal.
Pertumbuhan personal
Gender tentunya dapat membuat stereotip tersendiri bagi pria dan perempuan. Stereotip inilah yang akan menjadi identitas dari individu itu dalam berhubungan dengan sesamanya. Stereotip perempuan berbeda dengan stereotip pria. Stereotip pria anatara lain : memiliki kemampuan memimpin, kompetitif, aktif, dominan, maskulin, analitis dan independen. Stereotip perempuan mengutamakan perasaan, hangat, mencintai anak-anak, malu, pengertin, lembut, loyal dan simpatik. Stereotip jenis kelamin ini member nilai tinggi pada pria untuk sifat-sifat yang berhubungan dengan kecakapan seperti kepemimpinan, obyektifitas dan kemandirian sedangkan perempuan untuk sifat-sifat yang berhubungan dengan kehangatan dan kelembutan.

Sumber :

-          Skripsi salah satu mahasiswa UI tahun 2004 ; Memperkenalkan Psikoanalisa
            Sears, D. O., Freedman, J. L. & Peplau, L. A. 1994. Psikologi Sosial. Erlangga : Jakarta.
            Kartono, K. 2000. Hygine Mental. Mandar Maju: Bandung.        
Tugas  2
Kepribadian yang sehat (tulisan 1)
Kepribadian yang Sehat
Sebagai orang yang awam tentunya sangat tidak mudah menjawab pertanyaan ini. Mungkin kita sampai saat ini belum mengetahui seperti apa kepribadian yang sehat. Berikut adalah berbagai kutipan untuk kita bisa mengetahui apa itu kepribadian yang sehat.
Sejumlah orang di Amerika serikat banyak menyelidiki, mencari, dan menyingkap diri batiniah (dan badan) mereka dalam sensitivity session, T-groups, dan sejumlah encounther therapy lainnya.
Menemukan dan merumuskan suatu kepribadian yang lebih sehat fokusnya kearah apa seseorang akan menjadi bukan kearah apa yang telah terjadi. Banyak ahli-ahli psikologi memandang masalah ini kedalam ranah psikologi pertumbuhan dengan teori aliran humanistik, yaitu seseorang yang digambarkan bukan seperti teori aliran psikoanalisis yang selalu melihat ketidaksadaran mereka. Dan bukan seperti mesin layaknya teori dari aliran behaviorisme.
Humanistic memandang individu sebagai suatu organism yang tersusun secara baik, teratur, dengan banyak spontanitas, kegembiraan dan kreativitas. Gambaran ahli psikologi ini merumuskan tentang kodrat manusia adalah selalu optimis dan penuh dengan harapan. Mereka percaya kapasitas kita untuk memperluas, mengembangkan dan memenuhi diri kita dengan kemampuan yang kita miliki. Sehingga menurut mereka manusia mempunyai suatu tingkat pertumbuhan dan perkembangan yang diperlukan melampaui “normalitas” mereka dapat merealisasikan atau mengaktualisasi diri mereka sendiri melihat dari potensinya. Dengan kata lain, tidak cukup hanya dengan bebas dari sakit secara emosional, dan tidak berperilaku psikotis (gila) untuk menilai seseoang sebagai pribadi yang sehat.

 Gordon Allport dalam ciri-ciri kepribadian yang matang.
Menurut Allport, faktor utama tingkah lalu orang dewasa yang matang adalah sifat-sifat yang terorganisir dan selaras yang mendorong dan membimbing tingkah laku menurut prinsip otonomi fungsional. Allport mengemukakan ada tujuh criteria kepribadian yang matang, berikut adalah tujuh kriterianya:
a.   Perluasan Perasaan diri
Ketika diri berkembang, maka diri itu meluas menjangkau banyak orang dan benda. Mulanya diri berpusat hanya pada individu. Kemudian ketika pengalaman bertumbuh terus maka diri meluas meliputi nilai-nilai dan cita-cita yang abtsrak. Inilah yang dimaksud dengan orang-orang yang matang. Ia mengembangkan perhatiannya diluar diri..
b.   Hubungan diri yang hangat dengan orang lain
Allport membedakan dua macam kehangatan dalam berhubungan dengan orang lain yaitu kapasitas keintiman dan kapasitas perasaan terharu. Orang yang sehat secara psikologis bisa memperlihatkan keintiman (cinta) terhadap orang terdekatnya seperti orangtua, partner kerja, dan teman akrab. Yang dihasilkan adalah perasaan perluasan diri yang berkembangan dengan baik.
Ada perbedaan antara hubungan cinta orang yang neurotis dengan hubungan cinta kepribadian yang sehat. Orang neurotis menerima banyak cinta daripada kemampuan mereka memberinya. Mereka memberi cinta dengan syarat dan kewajiban yang bersifat timbale balik. Sedangkan cinta orang sehat adalah cinta tanpa syarat dan tidak mengikat.
Kapasitas terharu adalah suatu pemahaman tentang kondisi dasar manusia dan perasaan kekeluargaan dengan semua bangsa. Orang yang sehat menerima kelemahan-kelemahan manusia, sedangkan orang neurotis tidak. 
c.   Persepsi realistis
Orang yang sehat memandang diri mereka objektif. Mereka menerima realitas dengan apa adanya. Sedangkan orang yang neurotis mengubah realitas sesuai dengan keinginannya.
d.   Keterampilan dan tugas-tugas
Orang yang sehat dan matang adalah orang yang mampu mengarahkan keterampilan pada pekerjaan mereka.
e.   Pemahaman diri
Kepribadian yang sehat mencapai suatu tingkat pemahaman diri yang lebih tinggi daripada orang-orang yang neurotis. Orang yang memiliki wawasan diri yang lebih baik adalah lebih cerdas daripada orang yang memilki wawasan diri yang kurang.
f.   Filasafat hidup yang mempersatukan
Orang yang sehat melihat kedepan, didorong oleh tujuan dan rencana-rencana jangka panjang. Orang ini mempunyai perasaan akan tujuan dan member kontinuitas pada kepribadian mereka.
Sumber:
Schultz, Duane.1991. Psikologi pertumbuhan (Model
Kepriadian sehat). Yogyakarta: Kanisius
Allport, G. 1960. Personality and social encounter.
Boston: Bacon Press 
Orang yang berfungsi sepenuhnya oleh Carl Rogers

Menurut carl rogers setiap anak pada masa kecil pasti memiliki self concept (gambaran diri). Ini terbentuk akibat reasi anak dengan orang lain. Dengan mengamati reaksi orang lain terhadap tingkah lakunya, anak mengembangkan gambaran-gambaran diri yang konsisten. Cara-cara khusus bagaimana diri berkembang dan menjadi sehat atau tidak tergantung cinta yang diterima ketika masih kecil.
Rogers menyebutnya sebagai positif regards atau penghargaan positif. Self concept juga sangat dipengaruhi oleh ibu. Kasih sayang dan cinta yang diterima anak adalah syarat terhadap tingkah laku yang baik. Karena anak mengembangkan ini maka anak akan menginternlisasi sikap ibu.
Anak harus menghindari tingkah laku atau pikiran dalam cara yang menyebabkan celaan atau penolakan oleh standar yang diambil oleh anak dari ibunya. Karena tingkh laku yang salah menyebabkan anak merasa tidak berharga. Rogers menegaskan diri adalah dalam dan luas, karena diri itu mengandung semua pikiran dan perasaan yang mampu diungkapkan orang itu. Diri itu juga fleksibel dan terbuka kepada semua pengalaman baru. Intinya semua orang bebas ntuk mengaktualisasikan diri mereka untuk mengembangkan potensinya. Dan setelah aktualisasi berlangsung, orang itu dapat menjadi orang yang berfungsi sepenunya.

Sumber:
Schultz, Duane.1991. Psikologi pertumbuhan (Model
Kepriadian sehat). Yogyakarta: Kanisius 
Feist, J., & Feist, G.J.(2010).Theories of Personality ( Teori Kepribadian).Jakarta:Salemba Humanika

Tugas 2
Pengertian Stres (tulisan 2)
Stres adalah suatu abstraksi. Orang tidak adapat melihat pembangkit stress (stressor). Yang dapat dilihat ialah akibat dari pembangkit stress (stressor).” Menurut Hans Selye, guru besar emeritus (purnawirawan) dari Universitas Montreal dan “penemu” stress. 
Stress adalah bentuk ketegangan dari fisik, psikis, emosi maupun mental. Bentuk ketegangan ini mempengaruhi kinerja keseharian seseorang. Bahkan stress dapat membuat produktivitas menurun, rasa sakit dan gangguan-gangguan mental. Pada dasarnya, stress adalah sebuah bentuk ketegangan, baik fisik maupun mental. Sumber stress disebut dengan stressor dan ketegangan yang di akibatkan karena stress, disebut strain.  Stres menurut Hans Selye dalam buku Hawari (2001) menyatakan bahwa stres adalah respon tubuh yang sifatnya nonspesifik terhadap setiap tuntutan beban atasnya.
Arti penting stress
Istilah stres ditemukan oleh Hans Selye (dalam Sehnert, 1981) yang mendefinisikan stres sebagai respon yang tidak spesifik dari tubuh pada tiap tuntutan yang dikenakan padanya. Dengan kata lain istilah stress dapat digunakan untuk menunjukkan suatu perubahan fisik yang luas yang diakibatkan oleh berbagai faktor psikologis, faktor fisik atau kombinasi kedua faktor tersebut.
Menurut Lazarus (1976) stres adalah suatu keadaan psikologis individu yang disebabkan kerena individu dihadapkan pada situasi internal dan eksternal. Sedangkan menurut Korchin (1976) keadaan stres muncul apabila tuntutan-tuntutan yang luar biasa atau terlalu banyak mengancam kesejahteraan atau integritas seseorang. Stress tidak hanya kondisi yang menekan seseorang ataupun keadaan fisik atau psikologis seseorang maupun reaksinya terhadap tekanan tadi, akan tetapi stres adalah keterkaitan antara ketiganya (Prawitasari, 1989).
Efek-efek Stress menurut Hans Selye
Menurut Hans Selye, ahli endokrinologi terkenal di awal 1930 tidak semua jenis stres bersifat merugikan. Berikut adalah beberapa efek dari stress:
1.     Local Adaptation Stres.
Local Adaptation Stress adalah ketika tubuh menghasilkan banyak respon setempat terhadap stres. Respon setempat ini contohnya seperti pembekuan darah, penyembuhan luka, akomodasi cahaya, dan masih banyak lagi. Responnya berlangsung dalam jangka yang sangat pendek. Karakteristik dari LAS adalah respon yang terjadi hanya setempat dan tidak melibatkan semua system, respon bersifat adaptif sehingga diperlukan stresor untuk menstimulasinya, respon bersifat jangka pendek dan tidak terus menerus, dan respon bersifat restorative.
2.     General Adaptation Syndrome
General Adaptation Syndrome adalah istilah penting dari Hans Selye yang ditemukan saat membahas tentang stress. Menurutnya ketika organisme berhadapan dengan stressor, dia akan mendorong dirinya sendiri untuk melakukan tindakan. Usaha ini diatur oleh kelenjar adrenal yang menaikkan aktivitas sistem syaraf simpatetik. Reaksi fisiologis tubuh terhadap perubahan-perubahan akibat stress itulah yang disebut sebagai General Adaption Syndrome.
GAS terdiri dalam tiga fase :
a. Alarm reaction (reaksi peringatan) pada fase ini tubuh dapat mengatasi stressor(perubahan) dengan baik. Apabila ada rasa takut atau cemas atau khawatir tubuh akan mengeluarkan adrenalin, hormon yang mempercepat katabolisme untuk menghasilkan energi untuk persiapan menghadapi bahaya mengacam. Ditambah dengan denyut jantung bertambah dan otot berkontraksi.
b. The stage of resistance (reaksi pertahanan). Reaksi terhadap stressor sudah mencapai atau melampaui tahap kemampuan tubuh. Pada keadaan ini sudah dapat timbul gejala-gejala psikis dan somatis. Respon ini disebut juga coping mechanism. Coping berarti kegiatan menghadapi masalah, misalnya kecewa diatasi dengan humor, rasa tidak senang dihadapi dengan ramah dan sebagainya
c. Stage of exhaustion (reaksi kelelahan). Pada fase ini gejala-gejala psikosomatik tampak dengan jelas. Gejala psikosomatis antara lain gangguan penceranaan, mual, diare, gatal-gatal, impotensi, exim, dan berbagai bentuk gangguan lainnya. Kadang muncul gangguan tidak mau makan atau terlalu banyak makan.
Dan Hans Selye membagi stress kedalam 3 tingkatan :
a. Eustress adalah respon stress ringan yang menimbulkan rasa bahagia, senang, menantang, dan menggairahkan. Dalam hal ini tekanan yang terjadi bersifat positif, misalnya lulus dari ujian, atau kondisi menghadapi suatu perkawinan.
b. Distress merupakan respon stress yang buruk dan menyakitkan sehingga tak mampu lagi diatasi
c. Optimal stress atau Neustress adalah stress yang berada antara eustress dan distres, merupakan respon stress yang menekan namun masih seimbang untuk menghadapi masalah dan memacu untuk lebih bergairah, berprestasi, meningkatkan produktivitas kerja dan berani bersaing.
Faktor-faktor social dan individual yang menjadi penyebab stress
a.    Faktor sosial
b.     Faktor Individual

Tipe-tipe Stress Psikologis
a.    Tekanan
Kita dapat mengalami tekanan dari dalam maupun luar diri, atau keduanya. Ambisi personal bersumber dari dalam, tetapi kadang dikuatkan oleh harapan-harapan dari pihak di luar diri.
b.    Konflik
Konflik terjadi ketika kita berada di bawah tekanan untuk berespon simultan terhadap dua atau lebih kekuatan-kekuatan yang berlawanan. Konflik dibagi kedalam tiga tipe :
1. Konflik menjauh-menjauh : individu terjerat pada dua pilihan yang sama-sama tidak disukai. Misalnya, seorang pelajar yang sangat malas belajar, tetapi juga enggan mendapat nilai ujian yang sangat jelek, apalagi sampai tidak naik kelas.
2. Konflik mendekat-mendekat : individu terjerat pada dua pilihan yang sama-sama diinginkannya. Misalnya, ada suatu acara seminar yang sangat menarik untuk diikuti, tetapi pada saat bersamaan kita sedang mengikuti pelajaran dikelas yang sangat kita sukai.
3. Konflik mendekat-menjauh: terjadi ketika individu terjerat dalam situasi di mana ia tertarik sekaligus ingin menghindar dari situasi tertentu. Ini adalah bentuk konflik yang paling sering dihadapi dalam kehidupan sehari-hari, sekaligus lebih sulit diselesaikan. Misalnya ketika pasangan yang baru menikah berpikir tentang apakah akan segera memiliki anak atau tidak? Memiliki anak sangat diinginkan karena pasangan dapat dikatakan sempurna, dan dapat belajar menjadi orang dewasa yang sungguh-sungguh bertanggung jawab atas bayi yang sepenuhnya tak berdaya. Di sisi lain, ada tuntutan financial (uang) dan waktu, kemungkinan kehadiran bayi akan mengganggu relasi suami-istri karena mereka sibuk dengan bekerja.
c.    Frustrasi.
Frustrasi terjadi ketika motif atau tujuan kita mengalami hambatan dalam pencapaiannya. Contohnya bila kita telah berjuang keras dalam belajar dan gagal mendapat nilai baik, kita akan mengalami frustrasi. Atau bila kita dalam keadaan terdesak dan terburu-buru, kemudian terlambat datang kesuatu acara yang penting (misalnya karena jalanan macet) kita juga dapat merasa frustrasi. Bias juga, bila kita sangat memerlukan sesuatu (misalnya memerlukan uang untuk bayar kuliah), dan sesuatu itu tidak dapat diperoleh tentu kita juga akan mengalami frustrasi.
d.    Kecemasan
Gelisah, khawatir, takut, phobia dan perasaan semacamnya itu merupakan suatu tanda atau sinyal seseorang mengalami suatu kecemasan. Biasanya kecemasan di timbulkan karena adanya rasa kurang nyaman, rasa tidak aman atau merasa terancam pada dirinya. Contohnya cemas ketika akan melakukan presentasi tugas kelompok dikelas.

Pendekatan problem solving terhadap stress
Strategi coping yang spontan menghadapi stress :
1.    Menghilangkan stres mekanisme pertahanan, dan penanganan yang berfokus pada masalah
Menurut Lazarus penanganan stres atau coping terdiri dari dua bentuk, yaitu :
a. Coping yang berfokus pada masalah (problem-focused coping) adalah istilah Lazarus untuk strategi kognitif untuk penanganan stres atau coping yang digunakan oleh individu yang menghadapi masalahnya dan berusaha menyelesaikannya.
b. Coping yang berfokus pada emosi (problem-focused coping) adalah istilah Lazarus untuk strategi penanganan stres dimana individu memberikan respon terhadap situasi stres dengan cara emosional, terutama dengan menggunakan penilaian defensif.
2.    Strategi penanganan stres dengan mendekat dan menghindar:
a.    strategi mendekati (approach strategies) meliputi usaha kognitif untuk memahami penyebab stres dan usaha untuk menghadapi penyebab stres tersebut dengan cara menghadapi penyebab stres tersebut atau konsekuensi yang ditimbulkannya secara langsung
b.    strategi menghindar (avoidance strategies) meliputi usaha kognitif untuk menyangkal atau meminimalisasikan penyebab stres dan usaha yang muncul dalam tingkah laku, untuk menarik diri atau menghindar dari penyebab stress
3.    Berpikir positif dan self-efficacy
Menurut Bandura self-efficacy adalah sikap optimis yang memberikan perasaan dapat mengendalikan lingkungannya sendiri. Menurut model realitas kenyataan dan khayalan diri yang dikemukan oleh Baumeister, individu dengan penyesuaian diri yang terbaik seringkali memiliki khayalan tentang diri mereka sendiri yang sedikit di atas rata-rata. Memiliki pendapat yang terlalu dibesar-besarkan mengenai diri sendiri atau berpikir terlalu negatif mengenai diri sendiri dapat mengakibatkan konsekuensi yang negatif. Bagi beberapa orang, melihat segala sesuatu dengan terlalu cermat dapat mengakibatkan merasa tertekan. Secara keseluruhan, dalam kebanyakan situasi, orientasi yang berdasar pada kenyataan atau khayalan yang sedikit di atas rata-rata dapat menjadi yang paling efektif .
4.    Sistem dukungan
Menurut East, Gottlieb, O’Brien, Seiffge-Krenke, Youniss & Smollar, keterikatan yang dekat dan positif dengan orang lain terutama dengan keluarga dan teman secara konsisten ditemukan sebagai pertahanan yang baik terhadap stres.

sumber: 
Rochman, K.L. 2010. Kesehatan Mental. Purwokerto. Fajar Media Press
Artikel – pengertian stres
Tugas 2
Coping  (tulisan 3)
Koping berasal dari kata coping yang bermakna harafiah pengatasan/penanggulangan (to cope with = mengatasi, menanggulangi). Namun karena istilah coping merupakan istilah yang sudah jamak dalam psikologi serta memiliki makna yang kaya, maka penggunaan istilah tersebut dipertahankan dan langsung diserap ke dalam bahasa Indonesia untuk membantu memahamii bahwa coping(koping) tidak sesederhana makna harafiahnya saja. Koping sering disamakan dengan adjustment (penyesuaian diri). Koping juga sering dimaknai sebagai cara untuk memecahkan masalah (problem solving).
Mekanisme coping adalah cara yang dilakukan individu dalam menyelesaikan masalah, menyesuaikan diri dengan perubahan yang terjadi baik dalam dirinya ataupun lingkungannya, serta respon terhadap situasi yang mengancam dirinya. Ini terbentuk melalui proses belajar dan mengingat, yang dimulai sejak awal timbulnya stressor dan saat mulai disadari dampak stressor tersebut. Kemampuan belajar ini tergantung pada kondisi eksternal dan internal, sehingga yang berperan bukan hanya bagaimana lingkungan membentuk stressor tetapi juga kondisi temperamen individu dan persepsinya masing-masing.

Pengertian jenis-jenis coping
a.    Emotional focus Coping
Emotional focus coping digunakan untuk mengatur respon emosional terhadap stres. Biasanya ini dilakukan melalui perilaku individu, seperti: penggunaan rokok, intinya bagaimana menghilangkan fakta - fakta yang tidak menyenangkan dengan melalui strategi yang kognitif. Bila individu tidak mampu  mengubah kondisi yang ‘stresfull’ atau stresss berat, individu akan cenderung untuk  mengatur emosinya.
b.    Problem focus Coping
problem focus coping digunakan untuk mengurangi stressor (penyebab-penyebab stress), individu akan mengatasi dengan mempelajari cara-cara atau keterampilan-keterampilan yang baru yang belum pernah ia lakukan. Individu akan cenderung menggunakan strategi ini, bila yakin akan dapat merubah situasi lebih baik lagi. Coping dibagi dua bagian, yaitu memfokuskan pada pemecahan masalah dan yang kedua memfokuskan pada emosi pribadi individu. Jenis-jenis coping yang memfokuskan pada pemecahan masalah berupa :
1.         Keaktifan diri adalah suatu tindakan yang mencoba menghilangkan atau mengelabuhi penyebab stres atau untuk memperbaiki akibat yang ditimbulkan. Jadi, individu secara aktif bias menghilangkan stress dengan melakukan sesuatu hal yang baginya menarik agar dapat merubah diri jadi lebih baik.
2.        Perencanaan adalah memikirkan tentang bagaimana mengatasi penyebab stress. Seorang individu pasti mempunyai rencana sebelum melakukan sesuatu, agar sesuatu yang ingin dilakukannya berjalan dengan baik dan terencana.
3.        Kontrol diri adalah individu membatasi keterlibatannya dalam
aktivitas persaingan dan tidak terburu-buru untuk mencari alternative lainatau cara lain  untuk mengatasi stressnya.
4.        Mencari dukungan social adalah mencari bantuan seperti informasi, nasihat-nasihat orang yang lebih paham dengan suatu masalah, dan mencari suatu motivasi.

Jenis-Jenis Coping yang Konstruktif dan Positif
a. coping yang konstruktif
b. coping yang positif

Sumber:
Basuki, S. A.M Heru.2008. Psikologi Umum. Jakarta: Universitas Gunadarma

Tugas 3
konsep penyesuaian diri (tulisan 1)
Penyesuaian diri adalah usaha manusia untuk mencapai harmoni pada diri sendiri dan pada lingkungannya. Sehingga rasa permusuhan, dengki, iri hati, pransangka, depresi, kemarahan, dan lain-lain emosi negatif sebagai respon pribadi yang tidak sesuai dan kurang efisien bisa dikikis habis (Kartini Kartono, 2002:56). Kemudian, Penyesuaian diri dapat didefinisikan sebagai interaksi Anda yang kontinu dengan diri Anda sendiri, dengan orang lain, dan dengan dunia Anda (Calhoun dan Acocella dalam Sobur, 2003:526). Lalu, Penyesuaian diri (adjustment) atau dapat dikatakan juga sebagai adaptasi, merupakan suatu proses dimana organisme yang agak sederhana mematuhi tuntutan-tuntutan lingkungan. (Sumber : Semiun, Y. 2006. Kesehatan Mental 1. Yogyakarta: Kanisius). Sedangkan menurut,  Schneiders berpendapat bahwa penyesuaian diri dapat ditinjau dari tiga sudut pandang, yaitu: penyesuaian diri sebagai adaptasi (adaptation), penyesuaian diri sebagai bentuk konformitas (conformity), dan penyesuaian diri sebagai usaha penguasaan (mastery).
Menurut saya Penyesuaian diri dapat diartikan atau ditelaah sebagai suatu proses yang bersifat dinamis, bertujuan untuk menghadapi berbagai perubahan yang terjadi dalam diri individu agar terjadi penyesuaian hubungan yang lebih menyatu  antara diri individu tersebut dengan lingkungannya. Dengan demikian diharapkan manusia dapat membentuk suatu hubungan yang menyenangkan antara dirinya dan lingkungan barunya. Penyesuaian diri juga dapat diartikan sebagai adaptasi. Salah satu ciri makhluk hidup adalah beradaptasi atau menyesuaikan diri terhadap lingkungannya untuk dapat mempertahankan eksistensi kehidupannya. Kemampuan untuk menyesuaikan diri terhadap lingkungan atau pun perubahan-perubahan yang terjadi di sekitar kita adalah sebuah keharusan.
Pada dasarnya kemampuan pribadi untuk menyerasikan atau menyesuaikan diri dibentuk oleh kebudayaan yang dianut oleh individu yang bersangkutan. Dan dalam proses penyesuaian diri, sebaiknya terlebih dahulu kita mengenali diri kita sendiri, setidaknya kita mengetahui apakah kita akan mampu beradaptasi dengan lingkungan kita. Masih ingat dengan pengertian adaptasi?  Adaptasi adalah dapat mempertahankan eksistensinya atau bisa survive dan memperoleh kesejahteraan jasmaniah, bukan hanya jasmaniah tetapi dapat memperoleh kesejahteraan  rohaniah.

B.    Pertumbuhan personal
Setiap individu pasti akan mengalami pembentukan karakter atau kepribadian. Inilah yang dinamakan pertumbuhan. Dan hal tersebut membutuhkan proses yang sangat panjang. Faktor – faktor yang mempengaruhi perkembangan dan pertumbuhan individu diantaranya  adalah faktor genetik yang menentukan beberapa karakteristik seperti jenis  kelamin, pertumbuhan fisik, sikap tubuh dan beberapa keunikan psikologis seperti sikap pendiam dan temperamen, lalu faktor eksternal atau lingkungan yang mempengaruhi individu setiap hari mulai konsepsi sampai akhir hayatnya, dan sangat menentukan tercapai atau tidaknya potensi bawaan. Dari semua faktor-faktor  di atas, paling penting adalah pengaruh dari lingkungan sekitar seperti keluarga dan masyarakat sekitar akan memberikan pertumbuhan pesat bagi suatu individu. Dengan demikian, maka terbentuklah individu yang sesuai dan dapat menyesuaikan dengan lingkungan sekitarnya.
Berikut adalah konsep yang berkaitan dengan pertumbuhan personal :
1.     Penekanan pertumbuhan diri
2.    Variasi dalam pertumbuhan
3.    Kondisi-kondisi untuk bertumbuh

Sumber:
Kartini Kartono, 2002. Psikologi Perkembangan. Jakarta : Rineka Cipta
Feist, J., & Feist, G. J. (2009).Psikologi Kepribadian (Terjemahan).Salemba Humanika:Jakarta
Sobur, Alex.2009.Psikologi Umum.Pustaka Setia:Bandung
http://www.psychologymania.com/2012/09/pengertian-penyesuaian-diri.html
http://lib.uin-malang.ac.id/thesis/chapter_ii/08410141-divie-oktaviana.ps

Tugas 3
Hubungan Interpersonal (tulisan 2)
Hubungan interpersonal adalah dimana ketika kita berkomunikasi, kita bukan sekedar menyampaikan isi pesan, tetapi juga menentukan kadar hubungan interpersonalnya. Jadi ketika kita berkomunikasi kita tidak hanya menentukan content melainkan juga menentukan relationship. Ketika akan menjalin hubungan interpersonal, akan terdapat suatu proses dan biasanya dimulai dengan “Ketertarikan interpersonal (Interpersonal Attraction)”. Menurut Baron dan Byrne (2006), ”Interpersonal Attraction” adalah penilaian seseorang terhadap sikap orang lain, dimana penilaian ini dapat diekspresikan melalui suatu dimensi, dari strong liking sampai dengan strong dislike atau dari yang biasa menjadi luar biasa. Dari segi psikologi komunikasi, kita dapat menyatakan bahwa makin baik hubungan interpersonal, makin terbuka orang untuk mengungkapkan dirinya; makin cermat persepsinya tentang orang lain dan persepsi dirinya; sehingga makin efektif komunikasi yang berlangsung diantara komunikan.
Model-model hubungan interpersonal

  1.     Pertukaran Sosial (Social Exchange)
Menurut teori ini manusia saling menjalin hubungan dengan tujuan memuaskan kebutuhan masing-masing. Setiap orang mengharapakan sesuatu dari hubungannya dengan orang lain. Kalau ia memiliki cukup kebebasan ia akan memutuskan hubungan tersebut, sebaliknya, kalau ia tidak dapat keluar dari situasi hubungan tidak adil yang menimbulkan penderitaan, ia akan terjatuh masuk kedalam psikopatologi.
(Sumber : Supratiknya, A. 1995. Mengenal Perilaku Abnormal. Yogyakarta : Kanisius)

2.    Model peranan
Model peranan menganggap hubungan interpersonal sebagai panggung sandiwara. Disini setiap orang harus memerankan peranannya sesuai dengan naskah yang telah dibuat oleh masyarakat. Hubungan interpersonal berkembang baik bila setiap individu bertidak sesuai dengan peranannya. Kemampuan memerankan peranan tertentu, serta mampu menghindari konflik peranan bila individu tidak sanggup mempertemukan berbagai peranan yang kontradiktif.

3.    Model Permainan
Hubungan interpersonal sebagai ajang menampilkan salah satu aspek kepribadian individu (orang tua, dewasa, anak). Dikenai sebagai analisis transaksional. Model ini menerangkan bahwa dalam berhubungan individu-individu terlibat dalam bermacam permaianan. Kepribadian dasar dalam permainan ini dibagi dalam 3 bagian yaitu kepribadian orang tua (aspek kepribadian yang merupakan asumsi dan perilaku yang diterima dari orang tua atau yang dianggap sebagi orang tua). Lalu, kepribadian orang dewasa (bagian kepribadian yang mengolah informasi secara rasional). Terakhir, kepribadian anak (kepribadian yang diambil dari perasaan dan pengalaman kanak-kanak yang mengandung potensi intuisi, spontanitas, kreativitas dan kesenangan).

4.    Model Interaksional
Hubungan interpersonal merupakan suatu sistem yang memiliki sifat-sifat struktural, integrali dan medan yang masing-masing saling terkait. Model ini memandang hubungan interpersonal sebagai suatu sistem. Semua sistem terdiri dari subsistem-subsistem yang saling tergantung dan bertindak bersama sebagai suatu kesatuan. Selanjutnya, semua sistem mempunyai kecenderungan untuk memelihara dan mempertahankan kesatuan. Bila ekuilibrium dari sistem terganggu, segera akan diambil tindakannya. Setiap hubungan interpersonal harus dilihat dari tujuan bersama, metode komunikasi, ekspektasi dan pelaksanaan peranan.
Menurut Charles R. Berger informasi pada tahap perkenalan dapat dikelompokkan pada tujuh kategori, yaitu:
a)      informasi demografis.
b)     sikap dan pendapat (tentang orang atau objek).
c)      rencana yang akan datang.
d)     kepribadian.
e)      perilaku pada masa lalu.
f)      orang lain serta,
g)     hobi dan minat.

Sumber :
http://psikologi.or.id/mycontents/uploads/2010/11/hubinterpersonal.pdf
Supratiknya, A. 1995. Mengenal Perilaku Abnormal. Yogyakarta : Kanisius
http://arsip.uii.ac.id/files/2012/08/05.2-bab-2137.pdf

Tugas 3
Cinta dan Perkawinan (tulisan 3)

Pernikahan adalah hal mulia, yang dikaruniakan Tuhan. Karena itu, pernikahan harus ditempuh dengan rukun, sehati, setujuan, penuh kasih sayang, percaya seorang akan yang lain, dan bersandar kepada kasih karunia Tuhan. Pernikahan tidak boleh ditempuh atau dimasuki dengan sembarangan, dirusak oleh karena kurang bijaksana, dinista atau dinajiskan; melainkan hendaklah hal itu dihormati dan dijunjung tinggi dengan takut akan Tuhan serta mengingat maksud Allah dalam pernikahan itu. Memilih jodoh atau pasangan hidup bukanlah hal remeh dan mudah. Ada banyak kasus orang yang sudah menikah dan berpikir bahwa pasangannya adalah pasangan hidupnya yang tepat, tetapi pada akhirnya bercerai dengan alasan tidak cocok.
Masalah diseputar perkawinan atau kehidupan berkeluarga antara lain:
·         Kesulitan ekonomi keluarga yang kurang tercukupi.
·         Perbedaan watak.
·         Temperamen dan perbedaan kepribadian yang sangat tajam antara  suami dan istri.
·         Ketidakpuasan dalam hubungan seks.
·         Kejenuhan rutinitas.
·         Hubungan antara keluarga besar yang kurang baik.
·         Adanya istilah WIL (wanita idaman lain) atau PIL (pria idaman lain).
·         Masalah harta warisan.
·         Menurunnya perhatian kedua belah pihak.
·         Domonasi dan intervensi orang tua atau mertua.
·         Kesalahpahaman antara kedua belah pihak.
Beberapa Pendapat dan Alasan Keliru Seputar Hidup Menjadi Single ---Tidak ada yang salah dengan pilihan seseorang untuk memilih hidup sendiri tanpa pasangan atau Single. Karena setiap pilihan pastinya ada konsekuensi dan tanggung jawab sendiri yang sudah siap ia pikul, termasuk pilihan untuk menjadi Single. Sayangnya, sebagian besar orang yang memilih hidup menjadi single di dasarkan kepada alasan dan pendapat yang keliru. Tidak sedikit dari para single berusaha menutupi perasaan hati yang tertekan karena menjadi single dengan alasan bohong dan pendapat keliru. Dan berikut adalah Beberapa Pendapat dan Alasan Keliru Seputar Hidup Menjadi Jomblo yang sering di ucapkan oleh para Jomblo ketika ia ditanya alasan memilih hidup menjadi single.

Sumber :
http://cara-muhammad.com/tips/tips-memilih-pasangan-hidup/
http://www.akhirzaman.org/buku-buku/1001-pernikahan-perceraian-pernikahan-kembali
http://www.akhirzaman.org/buku-buku/1001-pernikahan-perceraian-pernikahan-kembali
http://dbecinta.blogspot.com/2012/11/beberapa-pendapat-dan-alasan-keliru-seputar-hidup-menjadi-jomblo.html