Tugas 1
Kesehatan Mental (tulisan 1)
Kesehatan Mental (tulisan 1)
Kesalahan mental dapat memberikan dampak
terhadap kehidupan sehari-hari atau masa depan seseorang termasuk anak-anak dan
remaja. Merawat dan melindungi keshatan mental anak-anak merupakan aspek yang
sangat penting yang dapat membantu perkembangan anak yang lebih baik di masa
depan.
Gangguann mental atau penyakit
mental adalah pola psikologis atau perilaku yang pada umumnya terkait dengan
stress atau kelainan mental yang tidak dianggap sebagai bagian dari
perkembangan normal manusia. Gangguan tersebut didefinisikan sebagai kombinasi
afektif, perilaku, komponen kognitif atau persepsi, yang berhubungan dengan
fungsi tertentu pada daerah otak atau sistem saraf yang menjalankan fungsi
sosial manusia. Penemuan dan pengetahuan tentang kondisi kesehatan mental telah
berubah sepanjang perubahan waktu dan perubahan budaya, dan saat ini masih
terdapat perbdaan tentang definisi, penilaan dan klasifikasi, meskipun kriteria
pedoman standar telah digunakan secara luas. Lebih dari sepertiga orang di
sebagian besar negara-negara melaporkan masalah pada satu waktu pada hidup
mereka yang memenuhi kriteria salah satu atau beberapa tipe umum dari kelainan
mental.
Penyebab gangguan mental
bervariasi dan pada beberapa kasus tidak jelas, dan teori terkadang menemukan
penemuan yang rancu pada suatu ruang lingkup lapangan. Layanan untk penyakit
ini terpusat di Rumah Sakit Jiwa atau di masyarakat sosial, dan penilaian
diberikan oleh psikiater, psikolog klinik, dan terkadang psikolog pekerja
sukarela, menggunakan beberapa variasi metode tetapi sering bergantung pada
observasi dan tanya jawab. Perawatan klinik disediakan oleh banyak profesi
kesehatan mental. Psikoterapi dan pengobatan psikiatrik merupakan dua opsi
pengobatan umum, seperti juga intervensi sosial, dukungan lingkungan, dan
pertolongan diri.
Sejarah kesehatan mental
Dilihat dari namanya yaitu kesehatan mental kita
sudah bisa menduga bahwa ini berhubungan dengan kebahagiaan atau kesejahteraan
jiwa kita. Sebelum kita mempelajari sejarah dari kesehatan mental ini, mari
kita kenal dulu apa yang disebut dengan kesehatan mental itu.
Kesehatan mental adalah ilmu yang mempelajari masalah kesehatan mental/jiwa, yang bertujuan mencegah timbulnya gangguan/penyakit mental dan gangguan emosi, dan berusaha mengurangi atau menyembuhkan penyakit mental, serta memajukan kesehatan jiwa rakyat (Kartini Kartono dan Jenny Andary . Yusak ,1999: 9-10).
Pada tahun 1950, organisasi mental hygiene terus bertambah, yaitu dengan berdirinya NationalAssociation for Mental Health. Gerakan mental hygiene ini terus berkembang sehingga pada tahun 1975 di Amerika terdapat lebih dari seribu perkumpulan kesehatan mental. Di belahan dunia lainnya, gerakan ini dikembangkan melalui The World Federation for Mental Health dan The World Health Organization.
Kesehatan mental adalah ilmu yang mempelajari masalah kesehatan mental/jiwa, yang bertujuan mencegah timbulnya gangguan/penyakit mental dan gangguan emosi, dan berusaha mengurangi atau menyembuhkan penyakit mental, serta memajukan kesehatan jiwa rakyat (Kartini Kartono dan Jenny Andary . Yusak ,1999: 9-10).
Pada tahun 1950, organisasi mental hygiene terus bertambah, yaitu dengan berdirinya NationalAssociation for Mental Health. Gerakan mental hygiene ini terus berkembang sehingga pada tahun 1975 di Amerika terdapat lebih dari seribu perkumpulan kesehatan mental. Di belahan dunia lainnya, gerakan ini dikembangkan melalui The World Federation for Mental Health dan The World Health Organization.
Philippe Pinel di Perancis dan William Tuke dari Inggris adalah salah satu contoh orang yang
berjasa dalam mengatasi dan menanggulangi orang-orang yang terkena penyakit
mental.Masa-masa Pinel dan Tuke ini selanjutnya dikenal dengan masa pra ilmiah
karena hanya usaha dan praksis yang mereka lakukan tanpa adanya teori-teori
yang dikemukakan.
Masa selanjutnya adalah masa ilmiah, dimana
tidak hanya praksis yang dilakukan tetapi berbagai teori mengenai kesehatan
mental dikemukakan.Masa ini berkembang seiring dengan berkembangnya ilmu
pengetahuan alam di Eropa.
Dorothea Dix merupakan seorang pionir wanita dalam usaha-usaha kemanusiaan berasal dari
Amerika.Ia berusaha menyembuhkan dan memelihara para penderita penyakit mental
dan orang-orang gila. Sangat banyak jasanya dalam memperluas dan memperbaiki
kondisi dari 32 rumah sakit jiwa di seluruh negara Amerika bahkan sampai ke
Eropa.Atas jasa-jasa besarnya inilah Dix dapat disebut sebagai tokoh besar pada
abad ke-19.
Tokoh lain yang banyak pula memberikan jasanya
pada ranah kesehatan mental adalah Clifford
Sumber :
-
Jurnal Konsep Sehat
-
Jurnal “psychoanalysis-History”
-
Jurnal Kesehatan Mental
Tugas 1
Teori Kepribadian Sehat (tulisan 2)
Teori Kepribadian Sehat (tulisan 2)
a.
Aliran Psikoanalisa
Dr. Abraham M. Low. M.D. seorang guru besar
psikiatri pada Fakultas Kedokteran Universitas Illinois. Low mendirikan
Recovery, Inc, sebuah organisasi bagi orang – orang yang memiliki masalah –
masalah mental, di Chicago pada 1937. Recovery, Inc. mirip dengan Alcoholics
Anonymous, merupakan suatu program “self-help” bagi orang-orang yang memiliki
masalah-masalah emosional, kebanyakan dari antara para klien tersebut merupakan
bekas penghuni rumah sakit-rumah sakit mental. Mental Health Through Will
–Training (1950) menguraikan secara rinci metode terapi Dr. Low. Saat itu, ia
melaporkan bahwa klinik Menninger mampu menyembuhkan 40 % dari
kasus-kasus psikotik yang masuk. Menurut kesimpulan Low, psikoanalisis telah
gagal. ( hasil penyelidikan lebih mutakhir yang dilakukan oleh Eysenck
menunjukkan angka keberhasilan yang lebih tinggi bagi psikoanalisis, namun
angka kesembuhan spontannya juga lebih tinggi ).
b.
Aliran Behavioristik
O. Hobart Mowrer, Ph. D. adalah seorang psikolog
terkemuka lain yang menentang teori-teori tentang perilaku yang menggambarkan
manusia sebagai korban tak berdaya dari pembawaan atau lingkungannya. Pada awal
tahun tiga puluhan ia merupakan salah seorang anggota dari suatu kelompok yang
melakukan penelitian di Institut Hubungan Manusia, Universitas Yale, bersama
Clark Hull, salah seorang penganjur terkemuka teori behavioristik.
Ia telah mengembangkan suatu metode baru yang
efektif, dikenal dengan sebutan Terapi Integritas, untuk menyembuhkan
masalah-masalah emosional, yang populer khususnya dikalangan dikalangan para
pskolog dan psikiater yang meiliki keyakinan iman. Mowrer menemukan bahwa
masalah-masalah mental bukannya bersumber dari usaha individu untuk hidup
mengikuti kode-kode moral yang terlampau tinggi, melainkan masalah-masalah itu
muncul karena orang tidak menjalani hidup sesuai dengan keyakinan-keyakinan
moralnya sendiri.
c.
Aliran Humanistik
James F.T Bugental merupakan presiden
pertama perhimpunan Humanistik dan banyak sekali menulis tentang gerakan
Humanistik. Ia mengingatkan para pembacanya agar jangan mengacaukan gerakan
Humanistik dengan Humanisme dalam arti tradisional. Dalam arti tradisional,
humanisme dipakai untuk melukiskan ateisme atau agnotisisme, lawan dari teisme,
yaitu paham yang mengakui adanya pencipta atau daya cipta yang berasal dari
alam semesta ini sendiri.
Pandangan humanistic sebaimana dirumuskan oleh
Dr. Bugental mencakup istilah-istilah seperti “ manusia adalah sadar “, “ manusia
punya pilihan “, “ manusia bertanggung jawab “, “ potensi manusia lebih besar
dari yang telah diatualisasikanya. “ ia memandngkan pandangan ini dengan
pandangan-pandangan lainnya
Sumber :
Low, Abraham, Mental Health
Through Will Training, The Christopher House, Boston, 1950, 1962.
Mowrer, O. Hobart, The
Crisis in Psychiatry & Religion, Van Nostrand, New York, 1961.
Supratinya, Drs. A, 2002. Mahzab Ketiga. Kanisius: Yogyakarta.
Tugas 1
Penyesuaian diri kesehatan mental (tulisan 3)
Penyesuaian diri kesehatan mental (tulisan 3)
Penyesuaian diri merupakan
proses yang berlangsung sepanjang hayat. Dengan demikian penyesuaian diri yang
efektif dapat diukur dari seberapa baik individu dalam menghadapi dan mengatasi
kondisi yang senantiasa berubah.
Menurut kartono (2000),
penyesuaian diri adalah usaha manusia untuk mencapai harmoni pada diri sendiri
dan lingkungannya, sehingga rasa permusuhan, kemarahan, depresi dan emosi
negative lain sebagai respon pribadi yang tidak sesuai dan kurang efisien bisa
dikikis. Penyesuaian diri juga dapat diartikan sebagai penguasaan yaitu,
memiliki kemampuan untuk membuat rencana dan mengorganisir respon-respon
sedemikian rupa sehingga dapat menanggapi segala macam konflik, kesulitan
masalah hidup dan frustasi-frustasi dengan cara efisien.
Haber dan Runyon (1984),
mengusulkan beberapa karakteristik penyesuaian diri yang efektif:
- Persepsi yang tepat terhadap realita: mampu mengenali konsekuensi dari tindakan dan mengarahkan perilaku yang sesuai, mampu menyusun dan memodifikasi tujuan yang realistic dan berusahan untuk mencapai tujuan tersebut.
- Mampu menghadapi dan mengatasi stress dan kecemasan.
- Memiliki gambaran diri (self image) yang positif: menyadari kekuatan dan kelemahan yang dimiliki, mengharagai kekuatan yang dimiliki dan menerima kelemahan dengan cara yang positif.
- Mampu mengekspresikan perasaan secara terkendali. Orang yang sehat secara emosional mampu merasakan dan mengekspresikan nuansa emosi dan perasaan sehingga memungkinkan untuk membangun dan memilihara hubungan interpersonal yang penuh makna.
- Memiliki hubungan interpersonal yang baik: mampu membina keakraban dalam hubungan sosialnya, nyaman berinteraksi dengan lingkungan menghargai dan dihargai orang lain.
Pertumbuhan
Personal
Konflik dan frustrasi yang
bersumber dari faktor internal dan eksternal menjadi sumber stress (Coleman,
1950). Shoben
(dalam Korchin, 1976) menyebutkan istilah penyesuaian integrative (integrative
adjustment), yang ditanda oleh pengendalian diri, tanggungjawab pribadi dan
sosial, minat sosial yang demokratik, dan ide-ide ideal.
Pertumbuhan personal
Gender tentunya dapat membuat
stereotip tersendiri bagi pria dan perempuan. Stereotip inilah yang akan
menjadi identitas dari individu itu dalam berhubungan dengan sesamanya. Stereotip
perempuan berbeda dengan stereotip pria. Stereotip pria anatara lain : memiliki
kemampuan memimpin, kompetitif, aktif, dominan, maskulin, analitis dan
independen. Stereotip perempuan mengutamakan perasaan, hangat, mencintai
anak-anak, malu, pengertin, lembut, loyal dan simpatik. Stereotip jenis kelamin
ini member nilai tinggi pada pria untuk sifat-sifat yang berhubungan dengan
kecakapan seperti kepemimpinan, obyektifitas dan kemandirian sedangkan
perempuan untuk sifat-sifat yang berhubungan dengan kehangatan dan kelembutan.
Sumber :
-
Skripsi salah satu mahasiswa UI tahun 2004 ; Memperkenalkan Psikoanalisa
Sears, D. O., Freedman, J. L. & Peplau, L. A. 1994. Psikologi Sosial.
Erlangga : Jakarta.
Kartono, K. 2000. Hygine Mental. Mandar Maju: Bandung.
Tugas 2
Kepribadian yang sehat (tulisan 1)
Kepribadian yang sehat (tulisan 1)
Kepribadian
yang Sehat
Sebagai orang yang awam tentunya
sangat tidak mudah menjawab pertanyaan ini. Mungkin kita sampai saat ini belum
mengetahui seperti apa kepribadian yang sehat. Berikut adalah berbagai kutipan
untuk kita bisa mengetahui apa itu kepribadian yang sehat.
Sejumlah orang di Amerika serikat banyak menyelidiki,
mencari, dan menyingkap diri batiniah (dan badan) mereka dalam sensitivity
session, T-groups, dan sejumlah encounther therapy lainnya.
Menemukan dan merumuskan suatu
kepribadian yang lebih sehat fokusnya kearah apa seseorang akan menjadi bukan
kearah apa yang telah terjadi. Banyak ahli-ahli psikologi memandang masalah ini
kedalam ranah psikologi pertumbuhan dengan teori aliran humanistik, yaitu
seseorang yang digambarkan bukan seperti teori aliran psikoanalisis yang selalu
melihat ketidaksadaran mereka. Dan bukan seperti mesin layaknya teori dari
aliran behaviorisme.
Humanistic memandang individu
sebagai suatu organism yang tersusun secara baik, teratur, dengan banyak
spontanitas, kegembiraan dan kreativitas. Gambaran ahli psikologi ini
merumuskan tentang kodrat manusia adalah selalu optimis dan penuh dengan
harapan. Mereka percaya kapasitas kita untuk memperluas, mengembangkan dan
memenuhi diri kita dengan kemampuan yang kita miliki. Sehingga menurut mereka
manusia mempunyai suatu tingkat pertumbuhan dan perkembangan yang diperlukan
melampaui “normalitas” mereka dapat merealisasikan atau mengaktualisasi diri mereka
sendiri melihat dari potensinya. Dengan kata lain, tidak cukup hanya dengan
bebas dari sakit secara emosional, dan tidak berperilaku psikotis (gila) untuk
menilai seseoang sebagai pribadi yang sehat.
Gordon Allport dalam ciri-ciri
kepribadian yang matang.
Menurut Allport, faktor utama
tingkah lalu orang dewasa yang matang adalah sifat-sifat yang terorganisir dan
selaras yang mendorong dan membimbing tingkah laku menurut prinsip otonomi
fungsional. Allport mengemukakan ada tujuh criteria kepribadian yang matang,
berikut adalah tujuh kriterianya:
a.
Perluasan
Perasaan diri
Ketika diri berkembang, maka diri
itu meluas menjangkau banyak orang dan benda. Mulanya diri berpusat hanya pada
individu. Kemudian ketika pengalaman bertumbuh terus maka diri meluas meliputi
nilai-nilai dan cita-cita yang abtsrak. Inilah yang dimaksud dengan orang-orang
yang matang. Ia mengembangkan perhatiannya diluar diri..
b.
Hubungan
diri yang hangat dengan orang lain
Allport membedakan dua macam
kehangatan dalam berhubungan dengan orang lain yaitu kapasitas keintiman dan
kapasitas perasaan terharu. Orang yang sehat secara psikologis bisa
memperlihatkan keintiman (cinta) terhadap orang terdekatnya seperti orangtua,
partner kerja, dan teman akrab. Yang dihasilkan adalah perasaan perluasan diri
yang berkembangan dengan baik.
Ada perbedaan antara hubungan cinta
orang yang neurotis dengan hubungan cinta kepribadian yang sehat. Orang
neurotis menerima banyak cinta daripada kemampuan mereka memberinya. Mereka
memberi cinta dengan syarat dan kewajiban yang bersifat timbale balik.
Sedangkan cinta orang sehat adalah cinta tanpa syarat dan tidak mengikat.
Kapasitas terharu adalah suatu
pemahaman tentang kondisi dasar manusia dan perasaan kekeluargaan dengan semua
bangsa. Orang yang sehat menerima kelemahan-kelemahan manusia, sedangkan orang
neurotis tidak.
c.
Persepsi
realistis
Orang yang sehat memandang diri
mereka objektif. Mereka menerima realitas dengan apa adanya. Sedangkan orang
yang neurotis mengubah realitas sesuai dengan keinginannya.
d.
Keterampilan
dan tugas-tugas
Orang yang sehat dan matang adalah
orang yang mampu mengarahkan keterampilan pada pekerjaan mereka.
e.
Pemahaman
diri
Kepribadian yang sehat mencapai
suatu tingkat pemahaman diri yang lebih tinggi daripada orang-orang yang
neurotis. Orang yang memiliki wawasan diri yang lebih baik adalah lebih cerdas
daripada orang yang memilki wawasan diri yang kurang.
f.
Filasafat
hidup yang mempersatukan
Orang yang sehat melihat kedepan,
didorong oleh tujuan dan rencana-rencana jangka panjang. Orang ini mempunyai
perasaan akan tujuan dan member kontinuitas pada kepribadian mereka.
Sumber:
Schultz, Duane.1991. Psikologi
pertumbuhan (Model
Kepriadian sehat). Yogyakarta:
Kanisius
Allport, G. 1960. Personality and
social encounter.
Boston: Bacon Press
Orang yang berfungsi sepenuhnya oleh Carl Rogers
Menurut carl rogers setiap anak pada
masa kecil pasti memiliki self concept (gambaran diri). Ini terbentuk akibat
reasi anak dengan orang lain. Dengan mengamati reaksi orang lain terhadap
tingkah lakunya, anak mengembangkan gambaran-gambaran diri yang konsisten.
Cara-cara khusus bagaimana diri berkembang dan menjadi sehat atau tidak
tergantung cinta yang diterima ketika masih kecil.
Rogers menyebutnya sebagai positif
regards atau penghargaan positif. Self concept juga sangat dipengaruhi oleh
ibu. Kasih sayang dan cinta yang diterima anak adalah syarat terhadap tingkah
laku yang baik. Karena anak mengembangkan ini maka anak akan menginternlisasi
sikap ibu.
Anak harus menghindari tingkah laku
atau pikiran dalam cara yang menyebabkan celaan atau penolakan oleh standar
yang diambil oleh anak dari ibunya. Karena tingkh laku yang salah menyebabkan
anak merasa tidak berharga. Rogers menegaskan diri adalah dalam dan luas,
karena diri itu mengandung semua pikiran dan perasaan yang mampu diungkapkan
orang itu. Diri itu juga fleksibel dan terbuka kepada semua pengalaman baru.
Intinya semua orang bebas ntuk mengaktualisasikan diri mereka untuk
mengembangkan potensinya. Dan setelah aktualisasi berlangsung, orang itu dapat
menjadi orang yang berfungsi sepenunya.
Sumber:
Schultz, Duane.1991. Psikologi
pertumbuhan (Model
Kepriadian sehat). Yogyakarta:
Kanisius
Feist, J., & Feist, G.J.(2010).Theories
of Personality ( Teori Kepribadian).Jakarta:Salemba Humanika
Tugas 2
Pengertian Stres (tulisan 2)
Pengertian Stres (tulisan 2)
Stres adalah suatu abstraksi. Orang
tidak adapat melihat pembangkit stress (stressor). Yang dapat dilihat
ialah akibat dari pembangkit stress (stressor).” Menurut Hans
Selye, guru besar emeritus (purnawirawan) dari Universitas Montreal
dan “penemu” stress.
Stress adalah bentuk ketegangan dari
fisik, psikis, emosi maupun mental. Bentuk ketegangan ini mempengaruhi kinerja
keseharian seseorang. Bahkan stress dapat membuat produktivitas menurun, rasa
sakit dan gangguan-gangguan mental. Pada dasarnya, stress adalah sebuah bentuk
ketegangan, baik fisik maupun mental. Sumber stress disebut dengan stressor dan
ketegangan yang di akibatkan karena stress, disebut strain. Stres menurut Hans Selye dalam buku Hawari (2001)
menyatakan bahwa stres adalah respon tubuh yang sifatnya nonspesifik terhadap
setiap tuntutan beban atasnya.
Arti penting stress
Istilah stres ditemukan oleh Hans
Selye (dalam Sehnert, 1981) yang mendefinisikan stres sebagai respon yang tidak
spesifik dari tubuh pada tiap tuntutan yang dikenakan padanya. Dengan kata lain
istilah stress dapat digunakan untuk menunjukkan suatu perubahan fisik yang
luas yang diakibatkan oleh berbagai faktor psikologis, faktor fisik atau
kombinasi kedua faktor tersebut.
Menurut Lazarus (1976) stres adalah
suatu keadaan psikologis individu yang disebabkan kerena individu dihadapkan
pada situasi internal dan eksternal. Sedangkan menurut Korchin (1976) keadaan
stres muncul apabila tuntutan-tuntutan yang luar biasa atau terlalu banyak
mengancam kesejahteraan atau integritas seseorang. Stress tidak hanya kondisi
yang menekan seseorang ataupun keadaan fisik atau psikologis seseorang maupun
reaksinya terhadap tekanan tadi, akan tetapi stres adalah keterkaitan antara
ketiganya (Prawitasari, 1989).
Efek-efek Stress menurut Hans Selye
Menurut Hans Selye, ahli
endokrinologi terkenal di awal 1930 tidak semua jenis stres bersifat merugikan.
Berikut adalah beberapa efek dari stress:
1. Local
Adaptation Stres.
Local Adaptation Stress adalah
ketika tubuh menghasilkan banyak respon setempat terhadap stres. Respon
setempat ini contohnya seperti pembekuan darah, penyembuhan luka, akomodasi
cahaya, dan masih banyak lagi. Responnya berlangsung dalam jangka yang sangat
pendek. Karakteristik dari LAS adalah respon yang terjadi hanya setempat dan
tidak melibatkan semua system, respon bersifat adaptif sehingga diperlukan
stresor untuk menstimulasinya, respon bersifat jangka pendek dan tidak terus
menerus, dan respon bersifat restorative.
2. General
Adaptation Syndrome
General Adaptation Syndrome adalah
istilah penting dari Hans Selye yang ditemukan saat membahas tentang stress.
Menurutnya ketika organisme berhadapan dengan stressor, dia akan mendorong
dirinya sendiri untuk melakukan tindakan. Usaha ini diatur oleh kelenjar
adrenal yang menaikkan aktivitas sistem syaraf simpatetik. Reaksi fisiologis
tubuh terhadap perubahan-perubahan akibat stress itulah yang disebut sebagai
General Adaption Syndrome.
GAS terdiri dalam tiga fase :
a. Alarm reaction (reaksi peringatan) pada fase ini
tubuh dapat mengatasi stressor(perubahan) dengan baik. Apabila ada rasa takut
atau cemas atau khawatir tubuh akan mengeluarkan adrenalin, hormon yang
mempercepat katabolisme untuk menghasilkan energi untuk persiapan menghadapi
bahaya mengacam. Ditambah dengan denyut jantung bertambah dan otot
berkontraksi.
b. The stage of resistance (reaksi pertahanan). Reaksi
terhadap stressor sudah mencapai atau melampaui tahap kemampuan tubuh. Pada
keadaan ini sudah dapat timbul gejala-gejala psikis dan somatis. Respon ini
disebut juga coping mechanism. Coping berarti kegiatan menghadapi masalah,
misalnya kecewa diatasi dengan humor, rasa tidak senang dihadapi dengan ramah
dan sebagainya
c. Stage of exhaustion (reaksi kelelahan). Pada fase
ini gejala-gejala psikosomatik tampak dengan jelas. Gejala psikosomatis antara
lain gangguan penceranaan, mual, diare, gatal-gatal, impotensi, exim, dan
berbagai bentuk gangguan lainnya. Kadang muncul gangguan tidak mau makan atau
terlalu banyak makan.
Dan Hans Selye membagi stress kedalam 3 tingkatan :
a. Eustress adalah respon stress ringan yang
menimbulkan rasa bahagia, senang, menantang, dan menggairahkan. Dalam hal ini
tekanan yang terjadi bersifat positif, misalnya lulus dari ujian, atau kondisi
menghadapi suatu perkawinan.
b. Distress merupakan respon stress yang buruk dan
menyakitkan sehingga tak mampu lagi diatasi
c. Optimal stress atau Neustress adalah stress yang
berada antara eustress dan distres, merupakan respon stress yang menekan namun
masih seimbang untuk menghadapi masalah dan memacu untuk lebih bergairah,
berprestasi, meningkatkan produktivitas kerja dan berani bersaing.
Faktor-faktor social dan individual yang menjadi
penyebab stress
a. Faktor sosial
b. Faktor Individual
Tipe-tipe Stress Psikologis
a. Tekanan
Kita dapat mengalami tekanan dari dalam maupun luar
diri, atau keduanya. Ambisi personal bersumber dari dalam, tetapi kadang
dikuatkan oleh harapan-harapan dari pihak di luar diri.
b. Konflik
Konflik terjadi ketika kita berada di bawah tekanan
untuk berespon simultan terhadap dua atau lebih kekuatan-kekuatan yang
berlawanan. Konflik dibagi kedalam tiga tipe :
1. Konflik menjauh-menjauh : individu terjerat pada
dua pilihan yang sama-sama tidak disukai. Misalnya, seorang pelajar yang sangat
malas belajar, tetapi juga enggan mendapat nilai ujian yang sangat jelek,
apalagi sampai tidak naik kelas.
2. Konflik mendekat-mendekat : individu terjerat pada
dua pilihan yang sama-sama diinginkannya. Misalnya, ada suatu acara seminar
yang sangat menarik untuk diikuti, tetapi pada saat bersamaan kita sedang
mengikuti pelajaran dikelas yang sangat kita sukai.
3. Konflik mendekat-menjauh: terjadi ketika individu
terjerat dalam situasi di mana ia tertarik sekaligus ingin menghindar dari
situasi tertentu. Ini adalah bentuk konflik yang paling sering dihadapi dalam
kehidupan sehari-hari, sekaligus lebih sulit diselesaikan. Misalnya ketika
pasangan yang baru menikah berpikir tentang apakah akan segera memiliki anak
atau tidak? Memiliki anak sangat diinginkan karena pasangan dapat dikatakan
sempurna, dan dapat belajar menjadi orang dewasa yang sungguh-sungguh
bertanggung jawab atas bayi yang sepenuhnya tak berdaya. Di sisi lain, ada
tuntutan financial (uang) dan waktu, kemungkinan kehadiran bayi akan mengganggu
relasi suami-istri karena mereka sibuk dengan bekerja.
c. Frustrasi.
Frustrasi terjadi ketika motif atau tujuan kita
mengalami hambatan dalam pencapaiannya. Contohnya bila kita telah berjuang
keras dalam belajar dan gagal mendapat nilai baik, kita akan mengalami
frustrasi. Atau bila kita dalam keadaan terdesak dan terburu-buru, kemudian
terlambat datang kesuatu acara yang penting (misalnya karena jalanan macet)
kita juga dapat merasa frustrasi. Bias juga, bila kita sangat memerlukan
sesuatu (misalnya memerlukan uang untuk bayar kuliah), dan sesuatu itu tidak
dapat diperoleh tentu kita juga akan mengalami frustrasi.
d. Kecemasan
Gelisah, khawatir, takut, phobia dan perasaan
semacamnya itu merupakan suatu tanda atau sinyal seseorang mengalami suatu
kecemasan. Biasanya kecemasan di timbulkan karena adanya rasa kurang nyaman,
rasa tidak aman atau merasa terancam pada dirinya. Contohnya cemas ketika akan
melakukan presentasi tugas kelompok dikelas.
Pendekatan problem solving terhadap stress
Strategi coping yang spontan menghadapi stress :
1. Menghilangkan stres mekanisme
pertahanan, dan penanganan yang berfokus pada masalah
Menurut Lazarus penanganan stres atau coping
terdiri dari dua bentuk, yaitu :
a. Coping yang berfokus pada masalah (problem-focused
coping) adalah istilah Lazarus untuk strategi kognitif untuk penanganan stres
atau coping yang digunakan oleh individu yang menghadapi masalahnya dan
berusaha menyelesaikannya.
b. Coping yang berfokus pada emosi (problem-focused
coping) adalah istilah Lazarus untuk strategi penanganan stres dimana individu
memberikan respon terhadap situasi stres dengan cara emosional, terutama dengan
menggunakan penilaian defensif.
2. Strategi penanganan stres dengan
mendekat dan menghindar:
a. strategi mendekati (approach
strategies) meliputi usaha kognitif untuk memahami penyebab stres dan usaha
untuk menghadapi penyebab stres tersebut dengan cara menghadapi penyebab stres
tersebut atau konsekuensi yang ditimbulkannya secara langsung
b. strategi menghindar (avoidance
strategies) meliputi usaha kognitif untuk menyangkal atau meminimalisasikan
penyebab stres dan usaha yang muncul dalam tingkah laku, untuk menarik diri
atau menghindar dari penyebab stress
3. Berpikir positif dan
self-efficacy
Menurut Bandura self-efficacy adalah sikap optimis
yang memberikan perasaan dapat mengendalikan lingkungannya sendiri. Menurut
model realitas kenyataan dan khayalan diri yang dikemukan oleh Baumeister,
individu dengan penyesuaian diri yang terbaik seringkali memiliki khayalan
tentang diri mereka sendiri yang sedikit di atas rata-rata. Memiliki pendapat
yang terlalu dibesar-besarkan mengenai diri sendiri atau berpikir terlalu
negatif mengenai diri sendiri dapat mengakibatkan konsekuensi yang negatif.
Bagi beberapa orang, melihat segala sesuatu dengan terlalu cermat dapat
mengakibatkan merasa tertekan. Secara keseluruhan, dalam kebanyakan situasi,
orientasi yang berdasar pada kenyataan atau khayalan yang sedikit di atas
rata-rata dapat menjadi yang paling efektif .
4. Sistem dukungan
Menurut East, Gottlieb, O’Brien, Seiffge-Krenke,
Youniss & Smollar, keterikatan yang dekat dan positif dengan orang lain
terutama dengan keluarga dan teman secara konsisten ditemukan sebagai
pertahanan yang baik terhadap stres.
sumber:
Rochman,
K.L. 2010. Kesehatan Mental. Purwokerto. Fajar Media Press
Artikel –
pengertian stres
Tugas
2
Coping (tulisan 3)
Coping (tulisan 3)
Koping berasal dari kata coping yang
bermakna harafiah pengatasan/penanggulangan (to cope with = mengatasi,
menanggulangi). Namun karena istilah coping merupakan istilah yang sudah jamak
dalam psikologi serta memiliki makna yang kaya, maka penggunaan istilah
tersebut dipertahankan dan langsung diserap ke dalam bahasa Indonesia untuk
membantu memahamii bahwa coping(koping) tidak sesederhana makna harafiahnya
saja. Koping sering disamakan dengan adjustment (penyesuaian diri). Koping juga
sering dimaknai sebagai cara untuk memecahkan masalah (problem solving).
Mekanisme coping adalah cara yang
dilakukan individu dalam menyelesaikan masalah, menyesuaikan diri dengan
perubahan yang terjadi baik dalam dirinya ataupun lingkungannya, serta respon
terhadap situasi yang mengancam dirinya. Ini terbentuk melalui proses belajar
dan mengingat, yang dimulai sejak awal timbulnya stressor dan saat mulai
disadari dampak stressor tersebut. Kemampuan belajar ini tergantung pada
kondisi eksternal dan internal, sehingga yang berperan bukan hanya bagaimana
lingkungan membentuk stressor tetapi juga kondisi temperamen individu dan
persepsinya masing-masing.
Pengertian
jenis-jenis coping
a. Emotional focus Coping
Emotional focus coping digunakan untuk mengatur respon
emosional terhadap stres. Biasanya ini dilakukan melalui perilaku individu,
seperti: penggunaan rokok, intinya bagaimana menghilangkan fakta - fakta yang
tidak menyenangkan dengan melalui strategi yang kognitif. Bila individu tidak
mampu mengubah kondisi yang ‘stresfull’ atau stresss berat, individu akan
cenderung untuk mengatur emosinya.
b. Problem focus Coping
problem focus coping digunakan untuk mengurangi
stressor (penyebab-penyebab stress), individu akan mengatasi dengan mempelajari
cara-cara atau keterampilan-keterampilan yang baru yang belum pernah ia
lakukan. Individu akan cenderung menggunakan strategi ini, bila yakin akan
dapat merubah situasi lebih baik lagi. Coping dibagi dua bagian, yaitu
memfokuskan pada pemecahan masalah dan yang kedua memfokuskan pada emosi
pribadi individu. Jenis-jenis coping yang memfokuskan pada pemecahan masalah
berupa :
1.
Keaktifan
diri adalah suatu tindakan yang mencoba menghilangkan atau mengelabuhi penyebab
stres atau untuk memperbaiki akibat yang ditimbulkan. Jadi, individu secara
aktif bias menghilangkan stress dengan melakukan sesuatu hal yang baginya
menarik agar dapat merubah diri jadi lebih baik.
2.
Perencanaan
adalah memikirkan tentang bagaimana mengatasi penyebab stress. Seorang individu
pasti mempunyai rencana sebelum melakukan sesuatu, agar sesuatu yang ingin
dilakukannya berjalan dengan baik dan terencana.
3.
Kontrol diri
adalah individu membatasi keterlibatannya dalam
aktivitas persaingan dan tidak
terburu-buru untuk mencari alternative lainatau cara lain untuk mengatasi
stressnya.
4.
Mencari
dukungan social adalah mencari bantuan seperti informasi, nasihat-nasihat orang
yang lebih paham dengan suatu masalah, dan mencari suatu motivasi.
Jenis-Jenis
Coping yang Konstruktif dan Positif
a. coping
yang konstruktif
b. coping yang positif
Sumber:
Basuki, S. A.M Heru.2008. Psikologi Umum. Jakarta:
Universitas Gunadarma
Tugas 3
konsep penyesuaian diri (tulisan 1)
konsep penyesuaian diri (tulisan 1)
Penyesuaian diri adalah usaha
manusia untuk mencapai harmoni pada diri sendiri dan pada lingkungannya.
Sehingga rasa permusuhan, dengki, iri hati, pransangka, depresi, kemarahan, dan
lain-lain emosi negatif sebagai respon pribadi yang tidak sesuai dan kurang
efisien bisa dikikis habis (Kartini Kartono, 2002:56). Kemudian, Penyesuaian
diri dapat didefinisikan sebagai interaksi Anda yang kontinu dengan diri Anda
sendiri, dengan orang lain, dan dengan dunia Anda (Calhoun dan Acocella dalam
Sobur, 2003:526). Lalu, Penyesuaian diri (adjustment) atau dapat dikatakan juga
sebagai adaptasi, merupakan suatu proses dimana organisme yang agak sederhana
mematuhi tuntutan-tuntutan lingkungan. (Sumber : Semiun, Y. 2006. Kesehatan
Mental 1. Yogyakarta: Kanisius). Sedangkan menurut, Schneiders
berpendapat bahwa penyesuaian diri dapat ditinjau dari tiga sudut pandang,
yaitu: penyesuaian diri sebagai adaptasi (adaptation), penyesuaian diri sebagai
bentuk konformitas (conformity), dan penyesuaian diri sebagai usaha penguasaan
(mastery).
Menurut saya Penyesuaian diri dapat
diartikan atau ditelaah sebagai suatu proses yang bersifat dinamis, bertujuan
untuk menghadapi berbagai perubahan yang terjadi dalam diri individu agar
terjadi penyesuaian hubungan yang lebih menyatu antara diri individu
tersebut dengan lingkungannya. Dengan demikian diharapkan manusia dapat
membentuk suatu hubungan yang menyenangkan antara dirinya dan lingkungan
barunya. Penyesuaian diri juga dapat diartikan sebagai adaptasi. Salah satu
ciri makhluk hidup adalah beradaptasi atau menyesuaikan diri terhadap lingkungannya
untuk dapat mempertahankan eksistensi kehidupannya. Kemampuan untuk
menyesuaikan diri terhadap lingkungan atau pun perubahan-perubahan yang terjadi
di sekitar kita adalah sebuah keharusan.
Pada dasarnya kemampuan pribadi
untuk menyerasikan atau menyesuaikan diri dibentuk oleh kebudayaan yang dianut
oleh individu yang bersangkutan. Dan dalam proses penyesuaian diri, sebaiknya
terlebih dahulu kita mengenali diri kita sendiri, setidaknya kita mengetahui
apakah kita akan mampu beradaptasi dengan lingkungan kita. Masih ingat dengan
pengertian adaptasi? Adaptasi adalah dapat mempertahankan eksistensinya
atau bisa survive dan memperoleh kesejahteraan jasmaniah, bukan hanya jasmaniah
tetapi dapat memperoleh kesejahteraan rohaniah.
B. Pertumbuhan
personal
Setiap individu pasti akan mengalami
pembentukan karakter atau kepribadian. Inilah yang dinamakan pertumbuhan. Dan
hal tersebut membutuhkan proses yang sangat panjang. Faktor – faktor yang mempengaruhi
perkembangan dan pertumbuhan individu diantaranya adalah faktor genetik
yang menentukan beberapa karakteristik seperti jenis kelamin, pertumbuhan
fisik, sikap tubuh dan beberapa keunikan psikologis seperti sikap pendiam dan
temperamen, lalu faktor eksternal atau lingkungan yang mempengaruhi individu
setiap hari mulai konsepsi sampai akhir hayatnya, dan sangat menentukan
tercapai atau tidaknya potensi bawaan. Dari semua faktor-faktor di atas,
paling penting adalah pengaruh dari lingkungan sekitar seperti keluarga dan
masyarakat sekitar akan memberikan pertumbuhan pesat bagi suatu individu.
Dengan demikian, maka terbentuklah individu yang sesuai dan dapat menyesuaikan
dengan lingkungan sekitarnya.
Berikut adalah konsep yang berkaitan
dengan pertumbuhan personal :
1. Penekanan
pertumbuhan diri
2. Variasi
dalam pertumbuhan
3. Kondisi-kondisi
untuk bertumbuh
Sumber:
Kartini Kartono, 2002. Psikologi Perkembangan. Jakarta
: Rineka Cipta
Feist, J.,
& Feist, G. J. (2009).Psikologi Kepribadian (Terjemahan).Salemba
Humanika:Jakarta
Sobur,
Alex.2009.Psikologi Umum.Pustaka Setia:Bandung
http://www.psychologymania.com/2012/09/pengertian-penyesuaian-diri.html
http://lib.uin-malang.ac.id/thesis/chapter_ii/08410141-divie-oktaviana.ps
Tugas 3
Hubungan Interpersonal (tulisan 2)
Hubungan Interpersonal (tulisan 2)
Hubungan interpersonal adalah dimana
ketika kita berkomunikasi, kita bukan sekedar menyampaikan isi pesan, tetapi
juga menentukan kadar hubungan interpersonalnya. Jadi ketika kita berkomunikasi
kita tidak hanya menentukan content melainkan juga menentukan relationship.
Ketika akan menjalin hubungan interpersonal, akan terdapat suatu proses dan
biasanya dimulai dengan “Ketertarikan interpersonal (Interpersonal
Attraction)”. Menurut Baron dan Byrne (2006), ”Interpersonal Attraction” adalah
penilaian seseorang terhadap sikap orang lain, dimana penilaian ini dapat
diekspresikan melalui suatu dimensi, dari strong liking sampai dengan strong
dislike atau dari yang biasa menjadi luar biasa. Dari segi psikologi
komunikasi, kita dapat menyatakan bahwa makin baik hubungan interpersonal,
makin terbuka orang untuk mengungkapkan dirinya; makin cermat persepsinya
tentang orang lain dan persepsi dirinya; sehingga makin efektif komunikasi yang
berlangsung diantara komunikan.
Model-model hubungan interpersonal
1.
Pertukaran Sosial (Social Exchange)
Menurut teori ini manusia saling menjalin hubungan
dengan tujuan memuaskan kebutuhan masing-masing. Setiap orang mengharapakan
sesuatu dari hubungannya dengan orang lain. Kalau ia memiliki cukup kebebasan
ia akan memutuskan hubungan tersebut, sebaliknya, kalau ia tidak dapat keluar
dari situasi hubungan tidak adil yang menimbulkan penderitaan, ia akan terjatuh
masuk kedalam psikopatologi.
(Sumber : Supratiknya, A. 1995. Mengenal Perilaku
Abnormal. Yogyakarta : Kanisius)
2. Model
peranan
Model peranan menganggap hubungan interpersonal
sebagai panggung sandiwara. Disini setiap orang harus memerankan peranannya
sesuai dengan naskah yang telah dibuat oleh masyarakat. Hubungan interpersonal berkembang
baik bila setiap individu bertidak sesuai dengan peranannya. Kemampuan
memerankan peranan tertentu, serta mampu menghindari konflik peranan bila
individu tidak sanggup mempertemukan berbagai peranan yang kontradiktif.
3. Model
Permainan
Hubungan interpersonal sebagai ajang menampilkan salah
satu aspek kepribadian individu (orang tua, dewasa, anak). Dikenai sebagai
analisis transaksional. Model ini menerangkan bahwa dalam berhubungan
individu-individu terlibat dalam bermacam permaianan. Kepribadian dasar dalam
permainan ini dibagi dalam 3 bagian yaitu kepribadian orang tua (aspek
kepribadian yang merupakan asumsi dan perilaku yang diterima dari orang tua
atau yang dianggap sebagi orang tua). Lalu, kepribadian orang dewasa (bagian
kepribadian yang mengolah informasi secara rasional). Terakhir, kepribadian
anak (kepribadian yang diambil dari perasaan dan pengalaman kanak-kanak yang
mengandung potensi intuisi, spontanitas, kreativitas dan kesenangan).
4. Model
Interaksional
Hubungan interpersonal merupakan suatu sistem yang
memiliki sifat-sifat struktural, integrali dan medan yang masing-masing saling
terkait. Model ini memandang hubungan interpersonal sebagai suatu sistem. Semua
sistem terdiri dari subsistem-subsistem yang saling tergantung dan bertindak
bersama sebagai suatu kesatuan. Selanjutnya, semua sistem mempunyai
kecenderungan untuk memelihara dan mempertahankan kesatuan. Bila ekuilibrium
dari sistem terganggu, segera akan diambil tindakannya. Setiap hubungan
interpersonal harus dilihat dari tujuan bersama, metode komunikasi, ekspektasi
dan pelaksanaan peranan.
Menurut
Charles R. Berger informasi pada tahap perkenalan dapat dikelompokkan pada
tujuh kategori, yaitu:
a)
informasi demografis.
b)
sikap dan pendapat (tentang orang atau objek).
c)
rencana yang akan datang.
d)
kepribadian.
e)
perilaku pada masa lalu.
f)
orang lain serta,
g)
hobi dan minat.
Sumber :
http://psikologi.or.id/mycontents/uploads/2010/11/hubinterpersonal.pdf
Supratiknya, A. 1995. Mengenal Perilaku Abnormal. Yogyakarta
: Kanisius
http://arsip.uii.ac.id/files/2012/08/05.2-bab-2137.pdf
Tugas 3
Cinta dan Perkawinan (tulisan 3)
Cinta dan Perkawinan (tulisan 3)
Pernikahan
adalah hal mulia, yang dikaruniakan Tuhan. Karena itu, pernikahan harus
ditempuh dengan rukun, sehati, setujuan, penuh kasih sayang, percaya seorang
akan yang lain, dan bersandar kepada kasih karunia Tuhan. Pernikahan tidak
boleh ditempuh atau dimasuki dengan sembarangan, dirusak oleh karena kurang
bijaksana, dinista atau dinajiskan; melainkan hendaklah hal itu dihormati dan
dijunjung tinggi dengan takut akan Tuhan serta mengingat maksud Allah dalam
pernikahan itu. Memilih jodoh atau pasangan hidup bukanlah hal remeh dan mudah.
Ada banyak kasus orang yang sudah menikah dan berpikir bahwa pasangannya adalah
pasangan hidupnya yang tepat, tetapi pada akhirnya bercerai dengan alasan tidak
cocok.
Masalah diseputar perkawinan atau kehidupan
berkeluarga antara lain:
·
Kesulitan ekonomi keluarga yang kurang tercukupi.
· Perbedaan
watak.
· Temperamen
dan perbedaan kepribadian yang sangat tajam antara suami dan istri.
· Ketidakpuasan
dalam hubungan seks.
· Kejenuhan
rutinitas.
·
Hubungan antara keluarga besar yang kurang baik.
·
Adanya istilah WIL (wanita idaman lain) atau PIL (pria idaman lain).
· Masalah
harta warisan.
·
Menurunnya perhatian kedua belah pihak.
· Domonasi dan
intervensi orang tua atau mertua.
·
Kesalahpahaman antara kedua belah pihak.
Beberapa
Pendapat dan Alasan Keliru Seputar Hidup Menjadi Single
---Tidak ada yang salah dengan pilihan seseorang untuk memilih hidup sendiri
tanpa pasangan atau Single. Karena setiap pilihan pastinya ada konsekuensi dan
tanggung jawab sendiri yang sudah siap ia pikul, termasuk pilihan untuk menjadi
Single. Sayangnya, sebagian besar orang yang memilih hidup menjadi single di
dasarkan kepada alasan dan pendapat yang keliru. Tidak sedikit dari para single
berusaha menutupi perasaan hati yang tertekan karena menjadi single dengan
alasan bohong dan pendapat keliru. Dan berikut adalah Beberapa Pendapat dan
Alasan Keliru Seputar Hidup Menjadi Jomblo yang sering di ucapkan oleh para
Jomblo ketika ia ditanya alasan memilih hidup menjadi single.
Sumber :
http://cara-muhammad.com/tips/tips-memilih-pasangan-hidup/
http://www.akhirzaman.org/buku-buku/1001-pernikahan-perceraian-pernikahan-kembali
http://www.akhirzaman.org/buku-buku/1001-pernikahan-perceraian-pernikahan-kembali
http://dbecinta.blogspot.com/2012/11/beberapa-pendapat-dan-alasan-keliru-seputar-hidup-menjadi-jomblo.html